Tuesday, September 12, 2017

MODEL-MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN



MODEL-MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN

Mohammad Syamsul Anam
Jurusan Pendidikan Olahraga, Pascasarjana
Universitas Negeri Malang

Abstrak: Menjelaskan konsep model penelitian dan pengembangan, menganalisis dan mengkaji model-model penelitian dan pengembangan. Metode yang digunakan adalah (1) mengumpulkan model penelitian pengembangan, (2) mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan penelitian (tesis), (3) menganalisis dan membandingkan data hasil analisis laporan penelitian dengan konsep model pengembangan. 2 contoh laporan penelitian tersebut sudah sesuai dengan model pengembangan yang digunakan. Contoh penelitian pertama menggunakan model konseptual. Contoh kedua mengacu pada model penelitian dan pengembangan (research and development) yang berupa model prosedural.

Kata Kunci: Model-Model, R & D.

Penelitian dan Pengembangan adalah proses penelitian untuk menciptakan atau memberaiki produk. “Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berupaya mengembangkan produk tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dalam pendidikan jasmani, rancangan penelitian pengembangan dapat digunakan sebagai upaya pencegahan masalah pendidikan dan pembelajaran” (Winarno, 2011:57). 
Metode Penelitian dan Pengembangan (research and development) mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk Penelitian dan Pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti computer dan farmasi yaitu hampir melebihi 4% (Borg and Gall, 1983). Sedangkan dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan research and development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan bidang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1989:773), Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reasons why progress in education has logged for behind progress in other field. 
Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (research and development) merupakan pendekatan penelitian untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan pengujian suatu produk. Untuk menghasilkan produk-produk tertentu memerlukan penelitian yang bersifat dan mendasarkan pada analisis kebutuhan. Selain itu, Penelitian dan Pengembangan dimaksudkan untuk menguji keefektifan produk tersebut, supaya produk tersebut dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan produk, desain, dan proses. Di dalam dunia pendidikan dan pembelajaran khususnya, penelitian pengembangan memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau rancangan, berupa model desain dan desain bahan ajar maupun produk seperti media dan proses pembelajaran. Penelitian pengembangan sering dikenal dengan istilah Research and Development (R&D) ataupun dengan istilah research-based development. Dalam dunia pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau jenis penelitian yang relatif baru (Setyosari, 2015:276). Dalam dunia pendidikan, produk-produk hasil Penelitian dan Pengembangan yang dimaksudkan sudah barang tentu berkaitan dengan komponen-komponen pendidikan.
Produk-produk tersebut dapat berupa: kebijakan, sistem, metode kerja, kurikulum, buku ajar, media, model pembelajaran, alat-alat peraga, media pembelajaran, prototipe, simulator, training/science kit, instrumen asesment, dan sebagainya. Sebelum pengembangan produk atau produk yang ingin dihasilkan sesuai perlu dipahami mengenai model Penelitian Dan Pengembangan yang akan digunakan.
Penelitian dan Pengembangan pendidikan memiliki berbagai model, yaitu gambaran mentah tentang pendidikan yang membantu manusia untuk memahami pendidikan yang tidak dapat dilihat dan atau dialami secara langsung (Saryono, LP2-UM). Artinnya model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik (Universitas Negeri Malang, 46:2010). Penelitian dan Pengembangan dalam konteks pendidikan, sampai sekarang berkembang berbagai model penelitian dan pengembangan, dikenal bermacam-macam model Penelitian dan Pengembangan sistem, model, proses, bahan dan ataupun perangkat pendidikan (Saryono, LP2-UM).
Melihat paparan singkat mengenai model Penelitian dan Pengembangan dalam bidang pendidikan begitu rumitnya untuk dipahami, maka perlu sebelum seorang peneliti ingin meneliti dan mengembangkan suatu produk pendidikan, perlu memahami terlebih dahulu mengenai model Penelitian Dan Pengembangan, sebagai kerangka alur proses penelitian yang akan dilakukan nantinya. Tujuan penulisan artikel ini adalah (1) menjelaskan konsep model penelitian dan pengembangan, (2) menganalisis dan mengkaji model-model penelitian dan pengembangan.

Suatu model dapat diartikan sebagai representatif baik visual maupun verbal. Model menyajikan sesuatu atau informasi yang komplek atau rumit menjadi sesuatu yang lebih sederhana atau mudah (Setyosari, 2015:282). Dengan model, seseorang lebih memahami sesuatu daripada melalui penjelasan-penjelasan panjang. Suatu model dalam penelitian pengembangan dihadirkan dalam bagian prosedur pengembangan, yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut oleh peneliti. Model dapat juga memberikan kerangka kerja untuk pengembangan teori dan penelitian. Dengan mengikuti sejumlah model tertentu yang dianut oleh peneliti, maka akan diperoleh sejumlah masukan (input) guna dilakukan penyempurnaan produk yang dihasilkan, apakah berupa bahan ajar, media atau produk-produk lainnya. Model Pengembangan juga merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan.
Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik (Universitas Negeri Malang, 46:2010). Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan, sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan.
Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Setyosari, 2015:284). Model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural biasa dijumpai dalam model rancangan pembelajaran, misalnya Dick & Carey, Model Borg & Gall, Dan Model Addie (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) (Setyosari, 2015:284).
Model konseptual adalah model yang bersifat analistis yang menjelaskan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan dan berkaitan antar komponennya (UM, 2010:46). Model ini bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan, misalnya model R2D2 (UM, 2010:46). Model ini memperlihatkan hubungan antar konsep dan tidak memperlihatkan urutan secara bertahap, urutan boleh diawali dari mana saja.
Model teoretik yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik. Model ini menampilkan hubungan bermacam-macam komponen dalam suatu situasi atau peristiwa yang merupakan kuantifikasi dari berbaga komponen yang mempengaruhi suatu produk pendidikan.
Secara ringkas ketiga model Penelitian dan Pengembangan dapat dikemukakan dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Perbandingan Model Prosedural, Konseptual dan Teoritik
NO
KLASIFIKASI MODEL
KONSEPSI
KARATERISTIK
1
Model Prosedural
Menampilkan deskripsi langkah langkah yang didasarkan pada pengetahuan tertentu untk menghasilkan suatu produk pendidikan
deskriptif,
posivistis
berurutan serial
sistematis
2
Model Konseptual
Menampilkan deskriptif verbal sebuah pandangan atas realitas yang tidak memberikan penjelaan secara penuh meskipun komponen yang relevan disajikan dan didefinisikan secara penuh
teoritis-analitis
konstruktivistik
berulang reflektif
sistematis
3
Model Matematis/Teoritik
Menampilkan hubungan bermacam-macam komponen dalam suatu situasi, yang merupakan kuantifikasi berbagai komponen yang mempengaruhi suatu produk pendidikan
logis
rasionalistis
multi-hubungan
(nonlinier)
kuantitatif
sistematis
(Sumber Saryono, LP2-UM)

Secara teoritis dan atau aplikatif, pada dasarnya tidak ada satu pun model Penelitian dan Pengembangan pendidikan yang dapat disebut paling baik atau paling tidak baik untuk mengambangkan produk pendidikan (Saryono, LP2-UM). Semua model dapat digunakan dengan kelebihan dan kelemahan masing masing, oleh karena itu dapat dikatakan ketiga model Penelitian dan Pengembangan pendidikan tersebut sama-sama layak dan dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai kreativitas dan inovasi bidang pendidikan.

Model-Model Pengembangan dalam Pendidikan
Penelitian Pengembangan dalam konteks pendidikan, sampai sekarang telah berkembang berbagai model penelitian dan pengembangan, dikenal bermacam-macam model Penelitian dan Pengembangan sistem, model, proses, bahan dan ataupun perangkat pendidikan (Saryono, LP2-UM). Suryono juga menjabarkan model pengembangan yang populer sampai sekarang ada tujuh, yaitu Model Kemp (1994), Model Sistem Dick Dan Carey (1990;2000), Model Smith Dan Ragan (1993), Model 4 D (1974), Model Borg Dan Gall (1983/2003), Model R-D-R, Dan Model R2D2. Penjabaran dari model pengembangan dalam dunia pendidikan sebagai berikut:

Model Kemp
Model kemp ditemukan oleh jerrod kemp, G.R. Morisson, dan S.M Ross  berlangsung dari berbagai titik siklus, yang tidak memiliki titik awal yang mengharuskan pengembangan melalui aktifitas pengembangan. Semua aktivitas pengembangan saling berhubungan secara langsung dengan aktifitas revisi produk yang dikembangkan. Aktivitas pengembangan Model Kemp ini terdiri atas sepuluh langkah yang lentur dan saling bergantung. Maksudnya, Keputusan yang dikenakan pada satu langkah dapat memengaruhi langkah lainnya pada satu sisi dan pada sisi lain langkah-langkah yang dilakukan dapat maju mundur berdasarkan langkah awal pengembangan.
Menurut Kemp, sepuluh langkah pengembangan yang lentur dan saling bergantung itu adalah (1) identifikasi kebutuhan belajar, (2) pemilihan topik atau tugas, (3) identifikasi karakteristik pembelajar, (4) identifikasi isi dan analisis tugas, (5) perumusan tujuan pembelajaran, (6) perancangan kegiatan belajar-mengajar, (7) pemilihan sumber-sumber belajar, (8) penetapan faktor pendukung, (9) evaluasi belajar, dan (10) prates (Trianto, 2012:82-89).

Model Dick dan Carey
Model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carey (1990) memandang aktivitas pengembangan sebagai salah satu komponen sistem pengajaran yang terkait langsung dengan komponen sistem pengajaran lainnya (Saryono, LP2-UM). Aktivitas pengembangan itu merupakan langkah sistemis dan terorganisasi secara ketat yang menggambarkan urutan prosedur pengembangan dan hubungan antar-komponen secara serial.
Menurut Dick dan Carey dalam Saryono (LP2-UM), prosedur pengembangan dan hubungan antar-komponen tampak pada sepuluh langkah pengembangan, yaitu (1) analisis kebutuhan belajar, (2) analisis pembelajaran, (3) analisis karakteristik pembelajar dan konteksnya, (4) perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran, (5) pengembangan instrument asesmen, (6) pengembangan strategi pembelajaran, (7) pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, (8) perancangan dan pelaksanaan penilaian formatif, (9) pelaksanaan revisi bahan pembelajaran, dan (10) perancangan dan penilaian sumatif. Kesepuluh langkah tersebut mengikuti alur berurutan secara prosedural, tidak dapat diacak langkah-langkahnya (Trianto, 2012:89-92). Urutan perencananya dapat dilihant pada gambar 1.
Description: New Doc 2017-03-31
Gambar 1 Model Perencanaan Dan Pengembangan Pengajaran Dick Dan Carey
Sumber (Trianto, 2012:92)

Model Smith dan Ragan (1993) yang merupakan model sistem pembelajaran mengacu pada proses sistematis dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran ke dalam perencanaan bahan dan aktivitas pembelajaran. Menurut Smith dan Ragan dalam Saryono (LP2-UM), pembelajaran merupakan proses penyajian informasi dan aktivitas yang memberikan kemudahan dan fasilitas bagi suatu pencapaian yang diharapkan peserta didik berupa tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses pengondisian kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada belajar peserta didik. Dalam konteks penelitian dan pengembangan, pandangan Smith dan Ragan ini tampak pada tahapan-tahapan pengembangan yang meliputi, (1) analisis konteks pembelajaran yang mencakup analisis kebutuhan dan karakteristik lingkungan pembelajaran, (2) analisis karakteristik pembelajar yang mencakup persamaan dan perbedaan pembelajar, latar belakang kemampuan pembelajar, dan implikasi karakteristik pembelajar terhadap desain pembelajaran, (3) analisis tugas pembelajaran yang mencakup analisis tujuan pembelajaran, bentuk-bentuk tugas, strategi belajar dan pembelajaran, dan perbedaan tipe-tipe pembelajaran, dan (4) penilaian kinerja pembelajaran yang mencakup tujuan penilaian, desain penilaian, dan model penilaian kemampuan belajar.
Model 4D
Model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Smmel (1974) dalam Saryono (LP2-UM), merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model 4D ini memiliki siklus pengembangan yang terdiri atas 4 (empat) tahapan pengembangan, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebarluasan. Tahapan pendefinisian meliputi analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran. Tahapan perancangan terdiri atas penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan rancangan awal. Tahapan pengembangan terdiri atas penilaian ahli dan uji coba terbatas. Kemudian tahapan penyebarluasan terdiri atas uji validasi, pengemasan dan pengadopsian. Tahapan-tahapan pengembangan dalam model 4D tersebut terfokus pada usaha mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan model sistem pembelajaran.

Model Borg dan Gall
Model Borg dan Gall memaknai Penelitian dan Pengembangan sebagai proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Penelitian dan Pengembangan meliputi kajian produk yang dikembangkan, pengembangan produk berdasarkan temuan tersebut melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar penggunaan produk, dan revisi produk berdasarkan hasil uji lapangan.
Langkah-langkah model pengembangan (research and development) Borg and Gall (1983:775) sebagai berikut: (1) Research and information collecting (Studi pendahuluan), (2) Planning (Perencanaan), (3) Develop preliminary form of product (Pengembangan rancangan produk awal), (4) Preliminary field testing (Uji lapangan awal), (5) Main product revision (Revisi produk awal), (6) Main field testing (Uji lapangan utama), (7) Operational product revision (Revisi produk kedua), (8) Operational field testing ( Uji kelompok), (9) Final Product Revision (Revisi produk akhir), (10) Dissemination and implementation (Diseminasi dan implementasi).

Mode Model R-D-R
Model R-D-R (Research-Development-Research) merupakan model linier dan sirkuler yang melihat pengembangan sebagai tahap-tahap menuju terwujudnya produk pengembangan. Sesuai dengan namanya model ini memiliki tiga kegiatan pokok pengembangan yang ringkas, yaitu melakukan penelitian pendahuluan, mengembangkan perangkat produk, dan melakukan uji keefektifan produk. Penelitian pendahuluan digunakan untuk memperoleh informasi awal kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan pengembangan produk. Hasil studi pendahuluan ini digunakan untuk merancang dan mengembangkan produk. Setelah itu, rancangan produk diuji keefektifannya. Dalam model R-D-R, uji keefektifan produk merupakan kegiatan amat penting karena tujuan pokok pengembangan adalah mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk (Saryono, LP2-UM).

Model R2D2
Model R2D2 (Reflective, Recursive Design and Development Model) yang dikemukakan oleh Willis (1995) dalam Saryono (LP2-UM) merupakan model konstruktivis-interpretivis, kolaboratif, dan non-linier yang (a) bersifat mengulang-ulang (recursive) dan perenungan (reflective). Di samping itu, model R2D2 (b) melibatkan pengguna secara kolaboratif dalam pengembangan produk sehingga pengguna berpartisipasi, (c) tidak menempatkan tujuan sebagai pemandu pengembangan, melainkan ditentukan bertahap selama proses pengembangan, (d) meyakini perencanaan terus- menerus berkembang, (e) melakukan strategi evaluasi proses secara otentik, dan (f) menggunakan data subjektif kualitatif sebagai bahan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Sebagai pendekatan atau metode kualitatif yang konstruktivis-interpretivis, model R2D2 tidak menguji efektivitas produk yang dikembangkan, melainkan hanya menguji kelayakan atau akseptabilitas produk secara kualitatif, yang oleh Willis disebut strategi evaluasi atau uji coba produk secara kualitatif. Lebih lanjut, model R2D2 tidak berorientasi pada langkah pengembangan secara berurutan dan prosedural, melainkan berorientasi pada fokus pengembangan. Dalam model R2D2, fokus pengembangan yang terdiri atas penetapan (define), penentuan desain dan pengembangan (design and develop), dan penyebarluasan (dissemination) (Saryono, LP2-UM).
Model pengembangan R2D2 terdapat 4 (empat) prinsip yang lentur dan terbuka, yaitu rekursi, refleksi, nonlinier, dan partisipatoris. Dengan prinsip rekursi atau mengulang-ulang sesuai keperluan, pengembang dapat menetapkan keputusan sementara dan setiap saat meninjau kembali keputusannya tentang model penjaminan mutu akademik internal pendidikan dan pelatihan kepemimpinan aparatur pemerintah. Dengan prinsip refleksi, pengembang perlu merenungkan secara jernih, memikirkan ulang secara sungguh-sungguh, mencari dan menemukan berbagai balikan dan gagasan dari berbagai sumber selama proses pengembangan untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan. Kemudian dengan prinsip nonlinier, pengembang dapat memulai proses pengembangan secara bebas, tidak secara berurutan. Di sini pengembang dapat melaksanakan aktivitas persiapan serempak memulai aktivitas pengembangan produk awal; atau bisa juga memulai kegiatan persiapan dahulu, baru kemudian kegiatan pengembangan produk awal. Selama proses pengembangan, pengembang telah diperbolehkan melakukan penilaian secara autentik dan berkelanjutan. Dalam hubungan ini temuan, masukan, komentar, kritik, saran pandangan, tanggapan, penelaahan, dan penilaian dari tim partisipatif atau kolaboratif selama proses pengembangan dapat digunakan sebagai bahan revisi atau perbaikan produk secara berkelanjutan. Selanjutnya, dengan prinsip partisipatoris pengembang dapat melibatkan partisipan atau melakukan kolaborasi dengan pihak lain dalam beberapa atau semua proses pengembangan(Saryono, LP2-UM).
Uraian ringkas berbagai model Penelitian dan Pengembangan tersebut dapat disajikan dalam bentuk Tabel 2 berikut ini. 

Tabel 2. Perbandingan Model-Model Pengembangan
NO
MODEL
KARAKTERISTIK
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1
Kemp
Pengembangan berlangsung dari berbagai titik siklus, yang tidak memiliki titik awal yang mengharuskan pengembang memulai aktivitas pengembangan.
Semua aktivitas pengembangan saling berhubungan secara langsung dengan aktivitas revisi produk yang dikembangkan.
Aktivitas pengembangan model Kemp ini terdiri atas sepuluh langkah yang lentur dan saling bergantung.
Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model konseptual yang positivistik, lentur dan terbuka.

Kelemahan: Tetapi terlalu rumit langkah-langkah pengembangannya.
Peran pengembang juga sangat dominan, mengabaikan keberadaan dan peran calon pengguna,
2
Dick dan Carey
Aktivitas pengembangan sebagai salah satu komponen sistem pengajaran yang terkait langsung dengan komponen sistem pengajaran lainnya.
Aktivitas pengembangan itu merupakan langkah sistemis dan terorganisasi secara ketat yang menggambarkan urutan prosedur pengembangan dan hubungan antar-komponen secara serial yang sangat terperinci.
Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model prosedural yang behavioristis dan sangat terperinci jelas langkah- langkahnya,

Kelemahan: tetapi langkah- langkahnya terlalu rumit dan kaku satu arah. Demikian juga hanya melibatkan pengembang, tidak melihat keberadaan dan melibatkan calon pengguna.
3
Smith dan Ragan
Model ini merupakan model sistem pembelajaran mengacu pada proses sistematis dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran ke dalam perencanaan bahan dan aktivitas pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses penyajian informasi dan aktivitas yang memberikan kemudahan dan fasilitas bagi suatu pencapaian yang diharapkan peserta didik berupa tujuan-tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses pengondisian kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada belajar peserta didik.
Aktivitas pengembangan merupakan tahapan- tahapan berurutan.
Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model prosedural dan positivistik yang tahapan-tahapan pengembangannya terperinci,

Kelemahan: tetapi sangat linier sehingga terkesan kaku. Hanya melibatkan pengembang, calon pengguna produk sama sekali tidak diperankan dalam proses pengembangan.
4
4D
Model ini merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran.
Model ini memiliki siklus pengembangan yang terdiri atas 4 (empat) tahapan pengembangan, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebarluasan.
Tahapan-tahapan pengembangan dalam model ini prosedural atau runtut berurutan.
Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model prosedural yang positivistik yang langkah-langkahnya sederhana,

Kelemahan: tetapi terkesan linier dan kaku. Satu- satunya yang berperan dalam pengembangan adalah pengembang. Calon pengguna tidak diperankan.
5
Borg dan Gall
Model Borg dan Gall (memaknai Penelitian dan Pengembangan sebagai proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Penelitian dan Pengembangan meliputi kajian produk yang dikembangkan, pengembangan produk berdasarkan temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar penggunaan produk, dan revisi produk berdasarkan hasil uji lapangan. Secara rinci, prosedur atau langkah pengembangan terdiri atas 10 langkah.
Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model prosedural yang positivistie yang langkah-langkahnya terperinci dan runtut,

Kelemahan: tetapi terkesan njelimet dan linier-kaku. Pengembangan hanya melibatkan pengembang, calon pengguna sama sekali tidak diperankan dan dilibatkan.
6
R-D-R
Model ini merupakan model linier dan sirkuler yang melihat pengembangan sebagai tahap-tahap menuju terwujudnya produk pengembangan. Sesuai dengan namanya, model ini memiliki tiga kegiatan pokok pengembangan yang ringkas, yaitu melakukan penelitian pendahuluan, mengembangkan perangkat produk, dan melakukan uji keefektifan produk. Penelitian pendahuluan digunakan untuk memperoleh informasi awal kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan pengembangan produk. Hasil studi pendahuluan ini digunakan untuk merancang dan mengembangkan produk. Setelah itu, rancangan produk diuji keefektifannya. Uji efektivitas produk selalu dilakukan atau diperlukan.
Kelebihan: Model ini tergolong model prosedural yang sederhana langkah- langkahnya,

Kelemahan: tetapi terkesan positivistik, terlalu sederhana dan umum. Peran pengembang sangat dominan. Calon pengguna tidak dilibatkan dalam proses pengembangan.
7
R2D2
Model ini merupakan model konstruktivis- interpretivis, kolaboratif, dan non-linier yang (a) bersifat mengulang-ulang (recursive) dan perenungan (reflective).
Model ini melibatkan pengguna secara kolaboratif dalam pengembangan produk sehingga pengguna berpartisipasi.
Model ini tidak menempatkan tujuan sebagai pemandu pengembangan, melainkan ditentukan bertahap selama proses pengembangan.
Model ini meyakini perencanaan terus-menerus berkembang, melakukan strategi evaluasi proses secara autentik, dan (menggunakan data subjektif kualitatif sebagai bahan untuk merevisi produk yang dikembangkan.
Sebagai pendekatan atau metode kualitatif yang konstruktivis-interpretivis, model ini tidak menguji efektivitas produk yang dikembangkan, melainkan hanya menguji kelayakan atau akseptabilitas produk secara kualitatif.
Model ini tidak berorientasi pada langkah pengembangan secara berurutan dan prosedural, melainkan berorientasi pada fokus pengembangan.
Uji efektivitas produk tidak dilakukan atau tidak diperlukan. Cukup dilakukan atau diperlukan uji kelayakan secara kualitatif.
Kelebihan: Model ini tergolong model konstruktivis-interpretif yang lentur dan terbuka. Langkah-langkah pengembangannya tergolong sederhana dan mudah diikuti. Model ini melibatkan berbagai pihak dalam keseluruhan proses pengembangan, antara lain calon pengguna produk. Peran pengembangan tidak sangat dominan.
(Sumber Saryono, LP2-UM)

Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa berbagai model Penelitian dan Pengembangan yang ada memiliki atau mengandung tiga komponen utama, yaitu (1) pengkajian pendahuluan atau pra-pengembangan, (2) proses pengembangan, dan (3) pasca-pengembangan. Sesuai yang di jelaskan Sukmadinata, dkk (2015:184) secara garis besar langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan yang dikembangkan terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) uji model.  hal ini perlu diberi 3 (tiga) catatan pokok.
Pertama, ketiga komponen utama tersebut tidak selalu berurutan, linier, prosedural, dan gradual dalam arti bahwa pertama-tama harus dilakukan pengkajian pendahuluan, barulah kemudian dilakukan proses pengembangan, dan selanjutnya diakhiri dengan pasca-pengembangan. Dapat saja pengkajian pendahuluan dan proses pengembangan dilakukan secara serempak, siklis atau sirkular atau proses pengembangan dan pasca-pengembangan dilakukan secara siklis atau sirkuler. Hal tersebut sangat bergantung pada model penelitian dan pengembangan: Model Borg dan Gall atau R-D-R tentu saja harus mengikuti langkah linier, prosedural, dan gradual, tetapi Model R2D2 mengikuti prinsip siklis dan sirkuler.
Kedua, ketiga komponen utama Penelitian dan Pengembangan mengandung atau memiliki berbagai aktivitas yang bermacam-macam dan bisa berbeda-beda dengan nama berbeda pula. Misalnya, pengkajian pendahuluan atau pra-pengembangan dalam Model Borg dan Gall dengan pra-pengembangan dalam Model R2D2 berisi kegiatan yang berbeda-beda dengan nama berbeda pula.
Selanjutnya ketiga, proses pengembangan dalam Penelitian dan Pengembangan ada yang mengharuskan uji coba dengan desain uji coba tertentu, namun ada juga yang tidak mengharuskan uji coba. Misalnya, Model R-D-R dan Model Borg dan Gall mengharuskan adanya proses uji coba dengan desain uji coba tertentu (bisa desain eksperimental, eksperimental-semu, dan deskriptif), namun Model R2D2 tidak mengharuskan uji coba karena sejak awal pengembangan sudah melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan penelitian dan pengembangan. Biasanya Model R2D2 dimodifikasi dengan ditambah uji coba karena berbagai pertimbangan.
METODE
Metode yang digunakan adalah (1) mengumpulkan model penelitian pengembangan, (2) mengumpulkan data-data yang diperoleh dari laporan penelitian (tesis). Data yang diambil adalah data mengenai model pengembangan yang digunakan peneliti untuk mengembangkan produk penelitiannya, (3) menganalisis dan membandingkan data hasil analisis laporan penelitian dengan konsep model pengembangan.

HASIL
Laporan tesis 1 berjudul Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan (PJOK) Kelas X1 Semester Gasal, Tesis tersebut menggunakan model Penelitian dan Pengembangan (research and development) dari Suryabrata. Model pengembangan suryabrata tersebut termasuk model pengembangan konseptual.
Laporan tesis 2 berjudul Pengembangan Model Latihan Beban Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli” (Studi Pengembangan  Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet Di Surakarta. Model pengembangan yang digunakan peneliti adalah model pengembangan (research and development) Borg and Gall. Model pengembangan Borg & Gall termasuk model pengembangan prosedural.
PEMBAHASAN
Pengembangan instrumen penilaian pengetahuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan (PJOK) kelas X1 semester gasal. Tesis tersebut menggunakan model Penelitian dan Pengembangan (research and development) dari Suryabrata (2000:68) yang merumuskan sepuluh tahap dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, yaitu: (1) Pengembangan Spesifikasi Tes, Spesifikasi yang akan dibuat harus menyeluruh, lengkap, dan spesifik menunjuk pada spesifikasi tes yang akan disusun. (2) Penulisan soal, setelah tahap spesifikasi tes maka selanjutnya adalah penyususnan soal. (3) Penelaahan soal, setelah soal-soal selesai ditulis maka selanjutnya soal-soal tersebut diuji kualitasnya secara teoritis. (4) Perakitan soal, soal-soal yang sudah ditelaah maka selanjutnya soal di rakit dengan cara  memilah soal yang perlu dan tidak. (5) Uji-coba tes, pengumpulan data empiris melalui uji-coba sebagai dasar perbaikan soal. (6) Analisis butir soal, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta tes. (7) Seleksi dan perakitan soal (bentuk akhir), melakukan pemilihan soal mana soal-soal yang akan dimasukkan ke dalam perangkat tes bentuk akhir. (8) Pencetakan tes, menampilkan tes tersebut dengan cara yang baik. (9) Administrasi tes bentuk akhir, tes dan kondisi penyelenggaraan testing perlu dibakukan. (10) Penyusunan skala dan norma, menyusun skala dan norma tes. Kemudian langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut di modifikasinya menjadi 9 tahap.
Produk yang dihasilkan dari proses pengembangan ini adalah instrumen penilaian pengetahuan PJOK kelas XI semester gasal. Model penelitian dan pengembangan yang digunakan di dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan (research and development) yang berupa model konseptual. Modifikasi yang dilakukan peneliti adalah kegiatan yang wajar. Menurut UM (2010:46) model ini memperlihatkan hubungan antar konsep dan tidak memperlihatkan urutan secara bertahap, urutan boleh diawali dari mana saja.
Pengembangan model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain Bolavoli” (studi pengembangan  pada pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta). Model pengembangan yang digunakan peneliti adalah model pengembangan (research and development) Borg and Gall (1983:775). Adapun langkah-langkahnya yaitu: (1) Research and information collecting (Studi pendahuluan), (2) Planning (Perencanaan), (3) Develop preliminary form of product (Pengembangan rancangan produk awal), (4) Preliminary field testing (Uji lapangan awal), (5) Main product revision (Revisi produk awal), (6) Main field testing (Uji lapangan utama), (7) Operational product revision ( Revisi produk kedua), (8) Operational field testing ( Uji kelompok), (9) Final Product Revision ( Revisi produk akhir), (10) Dissemination and implementation (Diseminasi dan implementasi).
10 langkah pengembangan yang dikemukakan Borg dan Gall semuanya dilaksanakan oleh peneliti, dengan pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya untuk menghasilkan produk pengembangan model latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli putra tingkat intermediet. Untuk mengetahui peningkatan dari hasil penerapan pengembangan produk, peneliti melakukan eksperimen terhadap produk model latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli putra tingkat intermediet.
Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah model latihan beban pada pemain Bolavoli putra tingkat Intermediet di Surakarta. Model penelitian dan pengembangan yang digunakan di dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan (research and development) yang berupa model prosedural. Model prosedural ini merujuk pada model yang bersifat deskriptif, posivistis berurutan serial, sistematis. Untuk pelaksanaan proses pengembangannya memang sudah sesuai dengan Model Borg dan Gall yaitu: Penelitian dan Pengembangan sebagai proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Penelitian dan Pengembangan meliputi kajian produk yang dikembangkan, pengembangan produk berdasarkan temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar penggunaan produk, dan revisi produk berdasarkan hasil uji lapangan. Secara rinci, prosedur terdiri atas 10 langkah. Uji efektivitas produk juga dilakukan dengan metode eksperimen.

KESIMPULAN
Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa (1) model prosedural, (2) model konseptual, (3) model teoritis.
2 contoh laporan penelitian tersebut sudah sesuai dengan model pengembangan yang digunakan. Contoh pertama Pengembangan instrumen penilaian pengetahuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan (PJOK) kelas X1 semester gasal menggunakan model konseptual. Contoh kedua Pengembangan model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli” (studi pengembangan  pada pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta) model penelitian dan pengembangan yang digunakan mengacu pada model penelitian dan pengembangan (research and development) yang berupa model prosedural.

SARAN
Sebelum seorang peneliti ingin meneliti dan mengembangkan suatu produk, perlu memahami terlebih dahulu mengenai model Penelitian Dan Pengembangan yang akan digunakan. Karena model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan.

DAFTAR RUJUKAN