MODEL
PEMBELAJARAN KONVERGEN
(Penemuan
Terpimpin)
Mohammad Syamsul Anam
Dr. Roesdiyanto, M.Kes
Model-Model
Pembelajaran Pendidikan Olahraga
Pendidikan
Olahraga, Pascasarjana
Universitas
Negeri Malang
Email: Syamsulanam42@gmail.com
Abstrak: Proses belajar
mengajar dalam PJOK yang dilakukan sebagian masih berpusat pada guru saja
artinya guru hanya memberikan beban gerak kepada siswa, Hal tersebut membuat
siswa aktif dalam proses geraknya tetapi siswa tidak mampu untuk menemukan
konsep atau gagasan mengenai gerak yang akan dilakukan. Diharapkan siswa dapat
menemukan konsep atau gagasan baru baik itu pengetahuan atau ketrampilan
melalui proses pembelajaran. Gaya mengajar konvergen guru memberikan
serangkaian pertannyan yang jawabannya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan diajarkan, jawaban dari siswa tersebut dianggap sebuah penemuan (konsep,
gagasan) dalam hal pengetahuan atau ketrampilan.
Kata Kunci: Konvergen.
Metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sangat menentukan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam memahami pelajaran. Dalam hal ini guru
berperan penting sebagai fasilitator penentu metode pembelajaran dalam
pembentukan pola pikir dan pemahaman siswa yang berkualitas. Keberhasilan dunia
pendidikan kita nampaknya masih terhambat oleh beberapa kendala. Salah satu
diantaranya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis.
Pembelajaran
di kelas masih diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak
anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka
pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin akan aplikasi (Sanjaya,
2006:1). Tetapi hal tersebut terbanding terbalik dalam proses pembelajaran
pendidikan jasamni olahraga dan kesehatan yang lebih mengutamakan pendidikan
melalui gerak atau aktivitas fisik. Jika
kita menghubungkan kembali dengan definisi pendidikan, dimana pendidikan
merupakan suatu proses bimbingan untuk perubahan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok yang dilakukan secara sadar dalam
rangka pendewasaan manusia dan pembentukan pribadi yang mandiri
serta kesempurnaan secara jasmani dan rohani (Supriyoko, 2007:37), tentunya perlu dilakukan
perubahan metode pembelajaran yang bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan
tersebut.
Pendidikan dalam prakteknya, tidak
bisa dipisahkan dengan kegiatan belajar, yaitu kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Dengan kata lain berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta
didik. Menurut Irwanto (1997:105) belajar merupakan proses perubahan dari belum
mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar,
siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Sedangkan proses belajar
mengajar dalam PJOK yang dilakukan sebagian guru masih berpusat pada guru saja
artinya guru hanya memberikan beban gerak kepada siswa, Hal tersebut membuat
siswa aktif dalam proses geraknya tetapi siswa tidak mampu untuk menemukan
konsep atau gagasan mengenai gerak yang akan dilakukan. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan mata pelajaran PJOK di Indonesia dianggap sebagai
kegiatan belajar yang hanya berfokus dalam kegiatan olahraga atau gerak fisik.
Padahal menurut Bhucer
(1989:13) ”Physical education an integral
part of the total education process, is a field of endeavor that has as its aim
the improvement of human performance through the medium of physical activities
that have been selected with a view to realizing this outcome”, artinya
pendidikan jasmani, merupakan bagian integral dari proses pendidikan total,
adalah bidang usaha yang memiliki tujuan peningkatan kinerja manusia melalui
media kegiatan fisik yang telah dipilih dengan maksud untuk mewujudkan hasil.
Berdasarkan
hal tersebut perlu diketahu bahwasanya ada model pembelajaran atau gaya
mengajar yang membuat siswa mampu menemukan sebuah konsep atau gagasan. Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode
pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional
bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997). Maka dari itu
perlu diketahui bagaimana model pembelajaran penemuan terpimpin atau konvergen
dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
Model Pembelajaran Penemuan Terpimpin
Penemuan
adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses
mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip".
Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner
"penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan
demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan
(Markaban, 2006:9).
Model
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG,2004:4). Metode
pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri
informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan
saja (Suryabrata, 1997). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model
pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk
menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan.
Fungsi
pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya,
melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudoyo,
1988:114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat
"menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan
petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat
menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya.
Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian
dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran
dengan penemuan terbimbing. Gaya
belajar penemuan terpimpin disusun sedemikian rupa, sehingga guru harus
menyusun serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menuntut adanya serangkaian
jawaban-jawaban yang telah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
disusun guru ini hanya ada satu yang jawaban saja yang dianggap benar. Rangkaian
pertanyaan-petanyaan tersebut harus menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban
yang mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau
gagasan-gagasan.
Menurut
Eggen & Kauchak (2016:177) model ini efektif untuk mendorong keterlibatan
dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam
tentang topik-topik yang jelas. Saat
menggunakan model temuan terbimbing, guru memberikan contoh kepada siswa dengan
menggambarkan materi yang ingin dipahami oleh siswa. Perlu diingat bahwa model
ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi
hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses pemahaman dan 'mengkonstuksi' sendiri konsep atau
pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Merencanakan Pembelajaran Dengan Model Konvergen
Merencanakan
pembelajaran menggunakan model konvergen melibatkan 3 langkah penting, yang
digambarkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 1. Merencanakan Pembelajaran Dengan Model Konvergen
(sumber:
Eggen & Kauchak, 2016:182)
Menerapkan
Pembelajaran Menggunakan Model Temuan Terbimbing
Setelah mengientifikasi topik,
menentukan tujuan dan memilih atau membuat contoh, selanjutnya adalah memuali
pelajaran. Menurut Eggen & Kauchak (2016:190) menerapkan pembelajaran menggunakan model temuan terbimbing
melalui 4 fase yang saling berkaitan. Fase-fase tersebut dan deskripsinya
dipaparkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Fase-Fase Dalam Pelajaran Menggunakan Model
Temuan Terbimbing.
Fase
|
Deskripsi
|
Fase 1 :
Pendahuluan
|
Guru
berusaha menarik perhatian siswa dan menentukan fokus pelajaran
|
Fase 2 :
Fase Terbuka
|
Guru
memberikan contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan
contoh-contoh
|
Fase 3 :
Fase Konvergen
|
Guru
menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk
membimbing sisawa dalam mencapai pemahaman konsep atau gagasan
|
Fase 4 :
Penutup dan Penerapan
|
Guru
membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau peryataan generalisasi
dan siswa menerapkan pemahaman mereka kedalam konteks baru
|
Sumber : Eggen & Kauchak (2016:190)
Sasaran Gaya Penemuan Terpimpin
Sasaran
model pembelajaran sebagai berikut: (1) melibatkan siswa dalam proses penemuan
yang konvergen, (2) mengembangkan hubungan yang serasi dan tepat antara jawaban
siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru, (3) mengembangkan keterampilan
untuk menemukan jawaban yang berurut, yang akan menuju pada penemuan konsep,
(4) mengembangkan kesabaran guru dan siswa, karena sifat sabar sangat
diperlukan dalam proses penemuan.
Anatomi Gaya Penemuan Terpimpin
Pra
pertemuan G G
Dalam
pertemuan S G S
Pasca
pertemuan S G S
(1)
Keputusan pada pra pertemuan yang dibuat oleh guru akan memusatkan perhatian
pada pengembangan pertanyaan secara cermat, yang akan mengarahkan siswa kepada
penemuan informasi yang bersifat khusus, (2) Selama pertemuan berlangsung siswa
membuat keputusan yang menyangkut materi
pembelajaran, dalam usahanya untuk mencari jawaban dari pertanyaan- pertanyaan
yang diajukan oleh guru, (3) Pada pasca pertemuan, guru mengukuhkan atau
mengarahkan kembali jawaban siswa terhadap pertanyaan yang telah diajukan.
Penerapan Gaya Penemuan Terpimpin
Penerapan
gaya penemuan terpimpin sebaga berikut: (1) Dalam penyusunan pertanyaan bagi
siswa, guru harus mengenali prinsip, gagasan, atau konsep yang akan ditemukan.
Selanjutnya baru menyusun pertanyaan- pertanyaan yang akan membawa siswa ke rangkaian
tanggapan yang menuju pada gagasan tersebut. Untuk itu perlu dimulai dari
jawaban akhir, terus mundur sampai pada pertanyaannya, (2) Dalam situasi
mengajar yang sesungguhnya, guru harus mengikuti prosedur berikut: (a) menyampaiakn
pertanyaan sesuai dengan susunan, (b) beri waktu untuk jawaban dari siswa, (c) berikan
umpan balik (netral atau menilai) yang membenarkan jawaban yang benar atau
mengarahkannya kembali, (d) ajukan pertanyaan berikutnya (e) jangan berikan
jawaban, (f) bersikap sabar dan menerima, (3) Merencanakan: (a) mengenali materi
pembelajaran yang khusus, (b) menentukan urutan langkah-langkah (pertanyaan dan
petunjuk) menuju ke hasil akhir: setiap langkah didasarkan atas jawaban
sebelumnya, perlu mengharapkan kemungkinan jawaban yanag akan diberikan oleh
siswa, dan mengarahkan kembali jawaban yang tidak tepat, (4) Yang harus dilakukan
jika jawaban tidak benar: (a) ulangi
pertanyaan/petunjuknya. Kalau masih salah ajukan pertanyaan lain yang
menguatkan/menjabarkannya, (b) Beri siswa waktu untuk memikir jawabannya
Implikasi Gaya Penemuan Terpimpin
Impelentasi
dalam pembelajaran sebagi berikut: (1) gaya ini menuntut guru untuk menyediakan waktunya dalam menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang memaksa siswa untuk berpikir, (2) tanggung jawab untuk
menemukan merupakan kegiatan utama siswa, (3) siswa memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan tanggung jawab baru
ini.
Pokok Bahasan
(1)
Jenis-jenis informasi yang perlu ditemukan adalah: konsep, prinsip, kaidah,
hubungan, bagaimana, mengapa, dan batasan-batasan, (2) Topik tidak boleh
diketahui oleh siswa sebelumnya, kalau tidak, maka siswa tidak akan memperoleh
penemuan, (3) Episode-episode gaya ini dapat
digunakan untuk gaya yang lain. Dapat juga digunakan pada waktu memberi
umpan balik kepada masing-masing siswa, (4) Yang paling baik adalah episode
yang paling pendek, (5) Ada baiknya menyusun pertanyaan-pertanyaan tersebut
sedemikian rupa, sehingga siswa harus mengerjakan jawaban secara fisik. Dengan
demikian siswa dapat menggunakan gerakan sebagai media penemuan.
KESIMPULAN
Model pembelajaran penemuan
terpimpin atau konvergen adalah model pembelajaran yang dilakukan melalui rangkaian
pertanyaan-petanyaan yang menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban yang mengarah
kepada penemuan konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau gagasan-gagasan.
DAFTAR
RUJUKAN
.....................................
No comments:
Post a Comment