LANDASAN HISTORIS, FILOSOFIS PENDIDIKAN JASMANI
& OLAHRAGA
Mohammad Syamsul Anam
Jurusan
Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Universitas
Negeri Malang
Email: Syamsulanam42@gmail.com
Abstrak: Pendidikan
Jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai aktivitas
jasmani (fisik). Proses berfikir (filosofis) dapat memunculkan pemikiran baru
sebagai acuan atau pedoman dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah masalah
yang muncul dalam program pendidikan jasmani dan olahraga. Perkembangan
pendidikan jasmani dan kesehatan juga dipengaruhi oleh sejarah dan peleburan antara
bidang umum yang lain, sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan menjadi bidang
ilmu yang mapan sampai sekarang
Kata Kunci: Landasan, Historis, Filosofis,
Pendidikan Jasmani
dan Olahraga.
A. Latar
Belakang
Pendidikan Jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani (fisik) yang bertujuan
untuk mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan
emosional (Syarifudin, 1997:3). Pendidikan Jasmani sebagai upaya untuk mengubah
perilaku individu melalui aktivitas jasmani (fisik). Pendidikan jasmani berbeda dengan mata pelajaran lain yang membedakannya adalah alat
yang digunakan yaitu
gerak insani atau manusia yang
bergerak secara sadar.
Filsafat
akan membantu berfikir secara kritis dan khusus untuk menentukan apa yang harus
dicapai dalam pendidikan dan menentukan apa yang akan dilakukan siswa dalam
mata pelajaran pendidikan jasmani. Filsafat adalah cinta kebenaran dan cinta
kebijaksanaan, filsafat dipandang sebagai usaha mencari fakta dan nilai dengan
tanpa kekeliruan. “Filsafat olahraga yaitu menyelidiki hakikat olahraga aktif
yang berkenaan dengan seluk beluk gerak yang dilakukan dalam olahraga dan
hakikat olahraga pasif atau penghayata terhadap pergelaran olahraga.
Pendidikan
jasmani berkembang dengan sangat pesat di dunia pendidikan dibandingkan dengan
keadaan yg dulu, sekarang pendidikan jasmani dan olahraga sudah dibilang menjadi
bidang studi yag sangat mapan dan pendidikan dianggap sebagai bagian
pendidikan. Sejarah merupakan salah satu hal yang harus dipelajari, dengan
mengkaji masa lalu (Historis) dapat mengembangkan
dasar/acuan dalam menjalankan program pendidikan jasmani dan olahraga.
B. Tujuan
Penulisan
Untuk mengetahuan
tentang landasan-landasan filosofis, historis, dalam pendidikan dan pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga.
C. Ruang
Lingkup
Dalam penulisan artikel
ini kajian yang dibahas oleh penulis yaitu
1.
Filosofis
a.
Filsafat
pendidikan jasmani dan olahraga.
b.
Tujuan
pendidikan jasmani dan olahraga.
2.
Historis
a.
Sejarah
Pendidikan Jasmani dan olahraga.
b.
Sejarah
Pendidikan Jasmani dan Olahraga Di Indonesia
c.
Kontribusi
sejarah dalm pendidikan jasmani dan olahraga.
D. Kajian
Teori
1. Filosofis
Filsafat
adalah cinta kebenaran dan cinta kebijaksanaan, filsafat dipandang sebagai
usaha mencari fakta dan nilai dengan tanpa kekeliruan. Filsafat merupakan salah
satu sumber kebenaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berfikir,
bersikap dan bertindak, baik untuk menjalankan rutinitas kegiatan seharian
maupun untuk memecahkan suatu permasalah (Mu’arifin, 2009:10).
Plato (428 -348 SM) : berpendapat bahwa filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, atau
penyelidikan tentang seba-sebab dan dan asas-asas yang paling akhir dari segala
sesuatu yang ada. Aristoteles(384 – 322 SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang senantiasa berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyebab -
penyebab dari realitas yang ada. Ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu yang berusaha mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau
“peri ada sebagaimana adanya” (being as such).
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) :
filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum,
yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.Berikut
ini akan dijelaskan mengenai filsafat dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
a. Filosofis
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
“Filsafat olahraga yaitu menyelidiki hakikat
olahraga aktif yang berkenaan dengan seluk beluk gerak yang dilakukan dalam
olahraga dan hakikat olahraga pasif atau penghayata terhadap pergelaran
olahraga” (Edward wiecrozek, (editor),
Problem of sport, medicine, and sport training an coaching). Dalam kegiatan
pendidikan jasmani dan olahraga yang dimaksud permasalah tersebut adalah yang
berkenaan dalam dunia pendidikan jasmani dan olahraga.
Penerapan
filsafat pada pendidikan jasmani dan olahraga merupkan suatu hal yang vital.
“Dengan nilai filosofis yang diyakini kebenarannya, fakta fakta disoroti untuk
melahirkan dasar dasar yang akan dipakai sebagai acuan atau pedoman dalam
mengembangkan dan menjalankan program pendidikan jasmani dan olahraga”
(Mu’arifin, 2009:10). Maksudnya dalam proses berfikir (filosofis) dapat
memunculkan pemikiran baru sebagai acuan atau pedoman dalam menjalankan dan
menyelesaikan masalah masalah yang muncul dalam program pendidikan jasmani dan
olahraga. Berikut ini aliran aliran filsafat dan perbedaan filsafat modern
dengan filsafat tradisional dalam pendidikan jasmani dan olahraga;
1)
Idealisme
(pemikiran)
a)
Penjas
tidak hanya melibatkan fisik tapi pikiran
b)
Aktivitas
kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap kepribadian
c)
Penjas
merupakan pusat berbagai gagasan
d)
Guru
harus menjadi model bagi siswa
e)
Pendidikan
ditujukan untuk kehidupan
2)
Realisme
(keadaan nyata):
a)
Penjas
ditujukan untuk kehidupan misal: mengajar basket untuk melatih kerjasama, dsb
b)
Pesegaran
jasmani adalah hasil dari produktivitas
c)
Pengulangan
(drills) memegang peranan penting dalam proses belajar
d)
Pendalaman
ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan sosial yang baik
e)
Permain
da rekreasi membantu beradaptasi (adjustment)
3)
Naturalisme
a)
Aktivitas
fisik bersifat fisik semata
b)
Hasil
belajar diperoleh melalui aktivitas diri
c)
Bermain
merupakan bagian penting pendidikan
d)
Penjas
berkaitan pengembangan individu
4)
Existensialisme
(aliran modern)
a)
Kebebasan
memilih
b)
Harus
banyak variasi aktivitas
c)
Permainan
meningkatkan kreativitas
d)
Siswa
tahu diri nya (know themselves)
e)
Guru
adalah seorang konsultan
e.
Humanisme
(kemanusian)
a)
Menempatkan
nilai berdasarkan kemanusiaan dan individual
b)
Menyesuaikan
pembelajaran secara inovatif
c)
Kreatif,
independen, dan mendorong semua siswa secara merata
Tabel 1.1 Perbedaan pandangan filsafat
modern dan tradisional
Sumber:
Susanto, Ermawan (Materi kuliah landasan filsafat penjas)
Filsafat
Pendidikan jasmani dan olahraga sering kali berubah-ubah karena dipengaruhi
oleh beberapa aliran filsafat pendidikan seperti filsafat idealisme, realisme,
pragmatisme, naturalisme, dan eksistensialisme, untuk itu hendaknya pengajar
(calon pengajar) fleksibel dalam memandang dan menanggapi aliran filsafat tersebut
manakala diterapkan di bidang pendidikan. Pelaksanaan Pedidikan jasmani dan
olahraga pada filsafat tradisional cenderung bersifat “Teacher-Centered” sedangkan pelaksanaan Pendidikan jasmani dan
olahraga pada filsafat modern cenderung bersifat “Student-Centered’.
b. Fungsi
Filsafat Olahraga
Fungsi filsafat adalah kreatif,
menetapkan nilai, tujuan, arah dan menuntun pada jalan jalan baru. Filsafat
tidak ada artinya sama sekali jika tidak universal, baik dalam ruang
lingkupnya. Menurut Mu’arifin (2009:16) Filsafat dalam pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan hal yang sangat penting karenan bermanfaat dalam
pengembangan program dan akan mempengaruhi tindakan sehari hari. Berikut
aplikasi filsafat dalam pendidikan jasmani dan olahraga;
1)
Dengan
filsafat, makna hakikat pendidikan jasmani dan olahraga dapat terjelaskan, hal
ini memudahkan pelaku pendidikan jasmani dan lahraga dapat merumuskan arti,
fungsi, dan tujuan dari pendidikan jasmani dan olahraga, sehingga dapat
mengurangi tindakan tindakan yang menyimpang dari makna hakikat tersebut.
2)
Dengan
filsafat, bidang kajian pendidikan jasmani dan olahraga dapat terjelaskan Hal
itu membantu guru dalam menyusun serangkaian materi dan kegiatan
pembelajaran/pelatihan yang relevan, dan menghindari adanya tumpang tindih
cakupan dengan bidang ilmu lain.
3)
Dengan
filsafat, pelaku pendidikan jasmani dan olahraga memiliki daya pikir, sikap,
dan tindak yang tepat benar dalam menghadapi suatu persoalan. Melalui filsafat
maka seseorang akan mampu pandangan hidup sebagai pedoman hidup memberikan
semacam panduan jalan yang harus dilalui oleh seseorang sehingga ia dapat
melihat hidup itu menjadi bermakna.
4)
Dengan
berpikir secara filsafat maka pelaku pendidikan jasmani dan olahraga dapat
memecahkan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi. Filsafat sebagai pandangan
hidup dapat digunakan oleh guru/pelatih untuk memecahkan masalah-masalah
kehidupan yang ada di sekitar dirinya.
5)
Dengan
berpikir secara filsafat, guru dan pelatih dengan bantuan logika tidak mudah
untuk tertipu dengan pernyataan-pernyataan retoris yang bersifat menyesatkan,
6)
Dengan
berpikir secara filsafat maka guru dan pelatih mampu menghargai pendapat dan
pemikiran orang lain, baik yang memiliki persamaan maupun perbedaan dengan
dirinya. Berpikir filsafat berarti berpikir demokratis. Ini berarti bahwa dalam
berpikir filsafat, orang dilatih untuk menghargai pendapat atau pemikiran orang
yang berbeda dari dirinya. Orang yang memiliki kemampuan berfilsafat yang
tinggi akan menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh orang lain seperti
juga ia menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh dirinya. Dalam hal ini
perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran dianggap sebagai suatu eksistensi
wacana berpikir yang bersifat dialektika sebagai upaya manusia sebagai makhluk berpikir
untuk mencari kebenaran
Sehingga
proses berfikir (filosofis) dapat memunculkan pemikiran baru sebagai acuan atau
pedoman dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah masalah yang muncul dalam
program pendidikan jasmani dan olahraga.
2. Historis
Pada
awalnya kehadiran pendidikan jasmani dikembangkan untuk membangun manusia
seutuhnya dengan menitikberatkan pada keutuhan jasmani dan rohani yang
berkembang selaras seimbang sesuai dengan cita cita bangsa (Abduljabar,
2012:i). Pendidikan jasmani juga berkembang menjadi aktivitas jasmani sebagai
alat pendidikan, yaitu perancangan aktivitas jasmani sebagai media pencapaian
tujuan pendidikan. Pada tahun 1960an pendidikan jasmani dianggap sebagai
program yang bertugas membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di setiap
sekolah.
Pada
tahun 1970an pendidikan jasmani berkembang sebagai “gerak badan” untuk
membentuk kesehatan dan kebugaran jasmani. Kemudian tahun 1980 pendidikan
jasmani dipengaruhi oleh gerakan sport
education di negara amerika, pendidikan jasmani terkesan terkalahkan oleh
istilah pendidikan olahraga. Sehingga memunculkan upaya upaya sosialisasi siswa
kedalam olahraga dengan membentuk SGO dan SMOA. Berkembang pada era tahun
2000an bahkan sampai tahun 2012, pendidikan jasmani dianggap sebagai proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani, dan permainan olahraga untuk mencapai
tujuan pendidikan.
a. Sejarah
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
1) Zaman Primatif
Aktivitas
fisik rupanya merupakan bagian kehidupan semua. Evolusi manusia diawali dengan
gerakan dan perkembangan -homo sapiens. Makhluk yang berpikir, sebagaimana
terbesar tergantung pada aktivitas otot-otot. Diduga bahwa aktivitas fisik
manusia primitif berkaitan dengan mempertahankan hidup, mencari makan sedang,
tempat berteduh dan perlindungan dari keganasan lingkungan serta kelanjutan
perkembangan suku. Pengkajian manusia pra-sejarah dilakukan melalui arkeologi
dan antropologi dengan meneropong dengan meneropong masyarakat primitif.
Dua
kebudayaan kuno yang masih tetap bertahan dan masih tetap hidup adalah Cina dan
India sukar sekali melukiskan sejarah kedua kebudayaan tersebut karena harus
menjangkau waktu yang jauh ke masa lampau. Cina mewariskan jenis aktivitas
fisik dan permainan. Wen-Chang Wu, seorang ahli menunjukkan bahwa pada
abad-abad permulaan di Cina, hidup diwarnai oleh tari-tarian, gulat, penahan,
pemeliharaan dan berbagai aktivitas fisik.
3) Zaman Grik
Jika Sumeria
merupakan tempat kelahiran, maka Grik mencapai kedewasaannya. Tak ada bangsa
lain, sebelum maupun seudah zaman Garik yang meletakkan tekanan yang kuat,
tidak hanya pada intelek pada perkembangan dan kesempurnaan jasmani
4) Zaman Feodolisme dan Ksatria
Feodotisme
sebagai cara hidup terdapat dalam abad pertengahan yang timbul dari kekacauan
setelah jatuhnya Romawi. Semua kehidupan politik, ekonomi, sosial, terpusat
pada feodolisme. Hanya ada dua macam profesi yang terbuka bagi anak muda kelas
sosial tinggi, yakni jadi pejabat gereja atau jadi ksatria. Keduanya tumbuh
pada zaman gelap sebagai reaksi atau kompensasi jumlahnya pemerintahan pusat.
Gereja membutuhkan pejabat yang taat beragama dan intelektual cakap.
5) Zaman Renesan atau kelahiran Kembali
Abad
pertengahan berakhir dengan datangnya zaman renesans atau zaman kelahiran
kembali. Zaman ini timbul sekitar abad 14-17.. Zaman renesan adalah zaman
ketika rakyat dalam alam dekadensi Roma dengan pengulasan Barbarisme, muncul
kembali melepaskan diri dari kedalaman lubuk abad gelap dan abad pertengahan
dan mencapai tingkat budaya yang mengasimilasikan dan menghatai kembali budatya
Grik dan Roamawi Kuno
6) Zaman Pendidikan Jasmani Modern di Eropa
Sementara
renesans tumbuh bersamaan dengan reformasi Protestan, budaya Eropa memasuki
periode nasionalisme. Timbulnya nasionalisme menandai tumbuhnya masyarakat
modern. Negara-negara nasional yang kuat mulai terbentuk dibawah kekuasaan
monarki. Pertumbuhan ini sebenarnya telah beriangsung lama
7) Zaman Nasionalisme
Gerakan
nasionalisme membawa asas pendidikan universal. Nasionalisme telah berhasil
membuat warga negara taat pada negara. Pendidikan dibuat untuk mencapai tujuan
itu. Dalam periode ini pendidikan jasmani maju pesat seperti pada zaman Grik.
Sistem pendidik jasmani, mencakup olahraga, permintaan dan gimnastik, menjadi
bagian integral dari program pendidikan formal, pendidikan yang sengaja
diprogram di lembaga-lembaga pendidikan seperti di sekolah-sekolah
b. Sejarah
Pendidikan Jasmani dan Olahraga Di Indonesia
Catatan - catatan tentang latihan
jasmani dan olahraga pada zaman ini masih perlu digali. Dapat dipastikan bahwa
olahraga atau latihan jasmani sudah berbeda sifatnya dengan zaman purba atau
atau zaman primitif. Bukan hanya untuk mempertahankan diri atau ketangkasan
berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup tapi juga mulai adanya kegiatan-kegiatan
untuk rekreasi dan secara terencana dalam usaha pembinaan fisik untuk tujuan
tertentu seperti melatih keprajuritan.
1) Zaman Pendudukan Jepang
Kekuasaan Belanda Berakhir dengan
datangnya Jepang pada perang dunia ke 2. Jepang mencoba menarik simpati rakyat
untuk bersama-sama mendirikan Asia Timur Raya yang bebas dari penjajahan bangsa
barat. Rakyat diajak ikut serta mendukung tentara Jepang dalam perangnya
melawan sekutu. Kesempatan ini dipergunakan oleh para pemimpin bangsa Indonesia
menanamkan kesadaran kemampuan bangsa Indonesia untuk jadi bangsa merdeka.
2) Zaman Kemerdekaan
Di zaman Jepang kemerdekaan,
pemerintah Repubtik Indonesia sempat menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional
PON, di Surakarta Tahun 1948 yang disebut sebagai PON ke 1. PON ini berlanjut
terus sampai sekarang setiap 4 tahun sekali dengan jumlah cabang olahraga yang
semakin bertambah. Tahun 1947 dalam Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan dibentuk bagian yang diserahi tugas melaksanakan pendidikan jasmani
di sekolah-sekolah.
Di tambah dengan sejarah istilah
pendidikan jasmani di Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics, hygiene, dan physical culture Siedentop (1972). Di
tanah air, istilah pendidikan jasmani berawal dari istilah gerak badan atau
aktivitas jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah
pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan jasmani
kesehatan, sebelum kembali pada istilah pendidikan jasmani sekarang ini.
Perjalanan ini menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani
yang diemban di tanah air, terombang-ambing pengaruh zaman dan budaya serta
nilai orientasi yang diyakini masyarakat. Hingga saat ini pun, di sekolah
dikenal istilah matapelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan,
tetapi seolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai matapelajaran olahraga.
Bahkan diantara para guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai guru olahraga
daripada guru pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-konsistenan arah dan
tujuan pendidikan jasmani di tanah air.
c.
Kontribusi Sejarah Pendidikan Jasmani
Dan Olahraga
Belajar sejarah berarti mengambil
makna dari peristiwa masa lalu untuk digunakan memperbaiki masa sekarang dan
memprediksi serta mengkondisikan masa yang akan datang. Banyak peristiwa
olahraga yang terjadi di masa lalu memberi makna positif bagi perkembangan
keolahragaan masa kini. Karena pemahaman yang baik dari masa lalu serta
kejelasan masa sekarang ada kecenderungan hidup akan lebih efektif dan lebih
siap menghadapi permasalahan masa datang. Menurut Mu’arifin (2010:82) Sejarah
pendidikan jasmani, olahraga dan rekreasi tidak terlepas dari sejarah pada
umumnya. Ia mempunyai arti dan nilai karena ada dalam konteks semua aspek
kehidupan sosial seperti politik, ekonomi, agama, sosial, pendidikan dan
budaya. Perkembangan pendidikan jasmani dan kesehatan juga dipengaruhi oleh
sejarah dan peleburan antara bidang umum yang lain, sehingga pendidikan jasmani
dan kesehatan menjadi bidang ilmu yang mapan sampai sekarang.
E. Kesimpulan
Proses
berfikir (filosofis) dapat memunculkan dan mengembangkan pemikiran baru sebagai
acuan atau pedoman dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah masalah yang
muncul dalam program pendidikan jasmani dan olahraga.
Pendidikan jasmani dan olahraga
dipengaruhi oleh beberapa aliran filsafat
pendidikan
seperti filsafat idealisme, realisme, naturalisme, eksistensialisme dan
humanisme. Pelaksanaan Pedidikan jasmani dan olahraga pada filsafat tradisional
cenderung bersifat “Teacher-Centered”
sedangkan pelaksanaan Pendidikan jasmani dan olahraga pada filsafat modern
cenderung bersifat “Student-Centered’.
Perkembangan pendidikan jasmani dan
kesehatan juga dipengaruhi oleh sejarah dan peleburan antara bidang umum yang
lain, sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan menjadi bidang ilmu yang mapan
sampai sekarang.
F. Daftar
Rujukan
Mu’arifin. 2009. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Universitas Negeri
Malang (UM Press). Malang.
Abduljabar, Bambang. 2012. The Joy Of Movement. RISQI PRESS.
Bandung.
Susanto, Ermawan. 2015. Dasar Dasar Pendidikan jasmani dan olahraga
(Materi Kuliah). UNY.
Syarifudin. 1997. Pokok Pokok Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Proyek
Pengembangan Buku Dan Minat Baca. Jakarta
No comments:
Post a Comment