PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA BERBASIS BLENDED LEARNING DI SMP
Mohammad Syamsul Anam
Wasis D. Dwiyogo
Jurusan
Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Universitas
Negeri Malang
Email: Syamsulanam42@gmail.com
ABSTRAK: Pembelajaran
Blended dapat menggabungkan
pembelajaran tatap muka (face-to-face)
dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan
teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan
pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone,
saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya.
Tujuan utama pembelajaran blended
adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi
belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga
belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik
Kata
kunci: Pembelajaran, Pendidikan Olahraga, Blended
Learning, SMP.
PENDAHULUAN
Di
zaman yang serba moderen dan terus berkembang saat ini juga membawa pengaruh
terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan memang membanwa pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan bangsa. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan
memang bukan tanpa masalah, pendidikan di Indonesia memang masih banyak
mengalami kendala. Mulai dari faktor biaya, jarak, waktu dan masih banyak
faktor-faktor lain yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu dengan era moderen
dan perkembangan teknologi yang begitu pesat ini membawa pengaruh yang baik
terhadap dunia pendidikan.
Pada
masa ini teknologi memiliki keterkaitan dengan pendidikan, karena pendidikan
merupakan proses mendidik baik secara kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),
dan juga psikomotor (gerak). Pendidikan era sekarang erat sekali hubungannya
dengan teknologi karena teknologi era sekarang begitu canggih dan
memudahkan segala penggunanya, salah
satunya adalah menambah pengetahuan. Karena pada dasarnya pengetahuan sifatnya
berkembang dan terus diperbaharui. Maka dari itu baik pendidik, peserta didik,
dan seluruh orang yang
berperan dalam lembaga
pendidikan harus membuka matanya terhadap perkembangan teknologi yang sangat
pesat saat ini.
Salah
satu pengaruh yang mencolok dalam dunia pendidikan adalah munculnya blended learning. Menurut Dwiyogo
(2013), blended learning mengacu pada
belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran
berbasis komputer (online dan offline). Dengan adanya pembelajaran blended learning ini masalah yang dialami ooleh negara ini akan
dapat teratasi. Tinggal masing-masing individu memanfaatkan blended learning ini.
PEMBAHASAN
Blended Learning secara ketatabahasaan terdiri dari dua kata
yaitu Blended dan Learning. Kata Blend berarti “campuran bersama untuk meningkatkan kualitas agar
bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi
atau perpaduan (Oxford English Dictionary)
(Heinze and Procter, 2006: 236), sedangkan Learning
memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna
pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara
satu pola dengan pola yang lainnya. Elenena Mosa (2006) menyampaikan bahwa yang
dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas dengan tatap
muka secara konvensional (classroom
lesson) dengan pembelajaran secara online.
Ini yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang secara konvensional biasa
dilakukan di dalam ruangan kelas dikombinasikan dengan pembelajaran yang
dilakukan secara online baik yang dilaksanakan secara independen maupun secara
kolaborasi, dengan menggunakan sarana prasarana teknologi informasi dan
komunikasi.
Menurut
Dwiyogo (2013) pembelajaran blended
dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya,
pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi
sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media
komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi
video, dan media elektronik lainnya. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan
bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri,
berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi
lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Menurut Sutopo (2012: 4),
blended learning adalah suatu model pembelajaran yang mencoba menggabungkan
beberapa model pembelajaran yang telah ada. Seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dn komunikasi, terutama dalam jaringan berupa internet,
umumnya model-model pembelajaran yang digabungkan itu berupa model pembelajaran
face to face (tatap muka), offline learning, online learning.
Dwiyogo (2013)
menyatakan Komposisi blended yang
sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50%
untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan
komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online.
Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan
75% pembelajaran online.
Karakteristik
Blended Learning
Adapun karakteristik dari Blended Learning yaitu: (1) Pembelajaran yang menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai
media berbasis teknologi yang beragam. (2) Sebagai sebuah kombinasi pendidikan
langsung (face to face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online. (3) Pembelajaran yang didukung oleh
kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
(4) Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama penting,
pendidik sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Tujuan Blended Learning
Adapun
tujuan blended learning yaitu seperti
berikut: (1) Membantu pendidik untuk berkembang lebih baik didalam proses
belajar, sesuai dengan gaya belajar dan referensi dalam belajar. (2) Menyediakan
peluang yang praktis realistis bagi guru dan pendidik untuk pembelajaran secara
mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang. (3) Peningkatan penjadwalan
fleksibilitas bagi pendidik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka
dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para
siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan pendidik,
sedangkan porsi online memberikan para siswa dengan konten multimedia yang kaya
akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama pendidik memiliki
akses internet.
Kelebihan Blended Learning
Menurut Prayitno (2014) Kelebihan Blended Learning: (1) Pembelajaran
terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang
dapat saling melengkapi. (2) Pembelajaran lebih efektif dan efisien. (3) Dengan
adanya Blended Learning maka peserta
meningkatkan aksesbiltas. (4) Belajar semakin mudah dalam mengakses materi
pembelajaran.
Selain
pendapat yang dikemukakan tadi, Dwiyogo (2013) menyatakan bahwa Keuntungan yang
diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan
atau pelatihan adalah: (1) Memperluas
jangkauan pembelajaran/pelatihan. (2) Kemudahan
implementasi. (3) Efisiensi
biaya. (4) Hasil yang
optimal; (5) Menyesuaikan
berbagai kebutuhan pebelajar, dan (6) Meningkatkan
daya tarik pembelajaran.
Kendala
Penerapan Blended Learning :
(1) Media yang dibutuhkan sangat beragam,
sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. (2) Tidak
meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.
Padahal dalam Blended Learning
diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan
menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online. (3) Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi. (4) Tidak meratanya
fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
Penerapan Blended Learning di Sekolah Menengah
Penerapan Blended
Learning dalam pendidikan dasar dan menengah tidak begitu dibutuhkan jika
penerapannya disamakan dengan penerapan Blended
Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
pendekatanan dan metode pendidikan terutama di perguruan tinggi yang
melaksanakan pendidikan jarak jauh. Pada pelaksanaan pendidikan dasar dan
menengah, harus menerapkan tatap muka dalam pembelajarannya, akan tetapi bukan
berarti dalam pendidikan dasar dan menengah tidak dapat menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan dasar
dan menengah juga dapat menerapkan Blended
Learning, hanya saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran tidak dapat
disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang melaksanakan
pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran
blended learning pada tingkat SMP
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut; (1) kombinasi
antara tatap muka dan CD interaktif. (2) kombinasi antara tatap muka dan blog.
(3) kombinasi antara tatap muka dan e-mail. (4) kombinasi antara tatap muka dan
facebook
Kapan Blended
Learning dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah pada
pendidikan dasar dan menengah? Blended Learning
dibutuhkan pada saat metode pendidikan jarak jauh tidak begitu dibutuhkan.
Proses pembelajaran Blended Learning ini dibutuhkan pada saat
penyampaian atau pemberian materi pelajaran,
pemberian tugas hingga penugasan-penugasan kepada peserta didik yang
dilaksanakan di luar jam sekolah. Menurut Melton,
Gran, dan Foss (2009) menyatakan
bahwa hasil prestasi siswa dengan
menggunakan blended learning lebih tinggi dari pada pembelajaran tradisional.
Dengan demikian, model blended learning diharapkan akan menjadi model
pembelajaran alternatif sebagai solusi atas permasalahan-permasalahan yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Blended
Learning dibutuhkan pada saat : (1) Proses belajar mengajar tidak hanya tatap
muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet.
(2) Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pendidik dan
siswa. (3) Siswa dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar. (4)
Membantu proses percepatan pendidikan yang salah satunya dengan menerapkan flip classroom
yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan Jasmani Berbasis Blended Learning
Pendidikan
jasmani yang merupakan pendidikan dengan mengoptimalkan aktivitas fisik atau gerak
dalam proses pembelajarannya akan sangat terbantu dengan adanya TIK dalam
menunjang pembelajaran jarak jauh. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomer 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 15 dijelaskan bahwa pendidikan jarak
jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagaii sumber belajar melalui teknologi
informasi dan komunikasi. Pendidikan jasmani memang tidak bisa menggunakan
jenis pemmbelajaran online secara keseluruhan karena pendidikan jasmani
mengutamakan pada pembelajaran gerak dan mengutamakan pada proses pembelajaran
tatap muka (face to face). Menurut Dwiyogo (2013) menyatakan Komposisi blended yang sering digunakan yaitu
50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan
pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75%
pembelajaran tatap muka dan 25%
pembelajaran online. Demikian pula
dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran
online.
Dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani sangat memerlukan demonstrasi untuk
menyampaikan materi. Dan ini dalam pembelajaran jarak jauh ini tidak mungkin
dilakukan tanpa memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajarannya. Dalam
pembelajaran jarak jauh dalam pembelajaran pendidikan jasmani, beberapa produk
teknologi seperti komputer didayagunakan untuk mendukung kegiatan belajar para
pembelajar seperti siaran televisi, tape cassette, video film, siaran radio,
slide, dan sebagainya. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut, para pembelajar mendapat bantuan berupa informasi pelengkap
bagi materi pembelajaran yang sedang atau telah mereka pelajari.
Dengan
adanya teknologi informasi dan komunikasi, demonstrasi gerakan olahraga yang
diajarkan dapat melalui video-video atau dengan CD-CD pembelajaran yang telah
dirancang sedemikian rupa. Dalam pengayaang materi pembelajaran penjas dapat
memanfaatkan teknologi internet. Internet memungkinkan peserta didik mengakses
informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Namun, yang perlu diingat guru
harus menyiapkan situs-situs yang harus dikunjungi oleh peserta didik. Untuk
evaluasi terutama yang berkaitan dengan keterampilan gerak dapat menggunakan
video yang telah diisi rekaman gerak visual siswa yang dapat di kirim atau di
posting ke internet untuk mendapat penilaian dan feedback dari tutor.
Tidak
diragukan lagi belajar jarak jauh (distance learning) merupakan
alternatif pendidikan yang memiliki prospek yang baik dalam perkembangan di
masa yang akan datang. Apalagi bila mengingat kondisi Indonesia yang memiliki
banyak pulau yang tersebar maka peluang terselenggaranya distance learning
semakin terbuka lebar. Namun masih banyak kendala yang dihadapi dalam
menerapkan program belajar jarak jauh ini. Kendala-kendala tersebut terutama
berkaitan dengan penggunaan internet baik dari segi fasilitas maupun
ketersediaan sumber daya manusia dan sumber informasi. Beberapa permasalahan
yang dihadapi yaitu : (1) Rendahnya konsistensi peserta didik. Rendahnya
pengawasan dan tingkat kemandirian peserta didik dapat menyebabkan konsistensi
peserta didik mengikuti pembelajaran juga rendah. Akibatnya banyak peserta
didik yang tidak meneruskan mengikuti program Distance Learning. (2) Infrastruktur
jaringan internet masih kurang atau akses internet sulit diperoleh. Jaringan
telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia untuk mengakses
internet, terutama di daerah-daerah terpencil. (3) Kurangnya penguasaan Bahasa
Inggris. Bahasa Inggris masih mendominasi internet termasuk informasi-informasi
pendidikan. Kondisi ini menjadi penghambat akses informasi melalui internet
karena masyarakat Indonesia banyak yang memiliki keterbatasan dalam menguasai
bahasa Inggris. (4) Tenaga kependidikan belum siap. Untuk mengoperasikan
komputer diperlukan keterampilan menggunakan komputer. Saat ini banyak tenaga
kependidikan yang belum mahir mengoperasikan komputer sehingga sangat sulit
untuk menggunakan layanan internet. (5) Masyarakat masih belum bisa menerima
sepenuhnya hal-hal baru secara langsung dan kurangnya dukungan pemerintah.
Untuk
mengatasi masalah tersebut di atas maka diperlukan langkah-langkah strategis
untuk mengatasinya, diantaranya: (1) Peningkatan penyebaran jaringan dan
fasilitas internet yang memadai oleh server-server dan penyedia layanan
internet; (2) Memberikan semacam sosialisasi bahwa penggunaan internet itu
tidak mahal, tergantung kepentingan kita. Bandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan pemerintah untuk pengembangan fisik pendidikan (buku,alat-alat, dan
gedung sekolah); (3) Pemberian pengetahuan dan bimbingan kepada tenaga pendidik
agar bisa mengoperasikan internet dan meningkatkan kualitas pembelajaran; (4) Perlu
dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah.
Penggunaan Internet devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat
menolong; (5) Tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui
fasilitas di kampus, sekolah, dan bahkan melalui warung Internet; (6) Isi atau content
yang berbahasa Indonesia masih langka. Untuk itu perlu kita upayakan
kegiatan-kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada
masyarakat Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif; (7)
Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa suatu hal tidak akan menjadi
berkualitas apabila kita tidak melakukan pembaharuan / inovasi terlebih dahulu.
Juga perlu diberi kesadaran tentang pentingnya belajar di mana saja walaupun
tidak berada di kelas;
TIK Sebagai
Media Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani
Media merupakan alat yang
memungkinkan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk
mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi
pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Dalam
perkembangan sekarang ini, TIK sudah banyak digunakan sebagai media
pembelajaran dengan tujuan agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti oleh
peserta didik. TIK sebagai media pembelajaran digunakan untuk menyederhanakan
pesan, mengurangi verbalitas, menyamakan persepsi, menarik perhatian siswa,
menghemat waktu dll. Tujuan khusus TIK sebagai media pembelajaran adalah: (1) Memberikan
pengalaman belajar yang berbeda. (2) Menumbuhkan sikap dan keterampilan BTI.
(3) Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. (4) Menjadikan belajar lebih
efektif, efisien dan bermakna. (5) Membuka peluang belajar dimana dan kapan
saja. (6) Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik. (7) Menjadikan
belajar sebagai suatu kebutuhan.
Penggunaan
media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam
menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang
dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari
tujuan media tersebut. Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan
dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat
di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan
media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk
maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Media siap
pakai (by utilization) seperti: benda sebenarnya, lingkungan, nara
sumber, fenomena alam dll. Sedangkan, media yang di rancang (by design),
seperti: grafis, model, modul, paket terprogram, gambar dan foto, program
audio, program video, komputer interaktif, multimedia dan jaringan. TIK sendiri
merupakan media pembelajaran yang bersifat by design karena untuk
menggunakannya perlu dirancang secara khusus terlebih dahulu untuk maksud dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Ada beberapa
kriteria dalam membuat media pembelajaran yaitu kesederhanaan, keutuhan,
keseimbangan dan ketegasan. Kesederhanaan yaitu meliputi penggunaan huruf yang
mudah dibaca, penggunaan slide untuk 1 konsep, isi hanya mencakup inti materi
dan penggunaan visual untuk pesan yang kompleks. Penggunaan visual sebagai
bagian dari pesan, melengkapi pesan dan sebagai ilustrasi. Keutuhan merupakan
keharmonisan dalam kesatuan pesan, sehingga dalam pembuatan media pembelajaran
pesan yang ingin disampaikan harus dibuat secara utuh. Keseimbangan yaitu
meliputi keserasian tata letak desain pesan pada bidang slide atau
transparansi. Dan, ketegasan yaitu teknik memberi penekanan pada bagian
tertentu yang dianggap penting.
Pendidikan
jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan aktivitas jasmani atau gerak dalam
pembelajaran sehingga penggunaan TIK sebagai media dalam pembelajaran dapat
membantu guru untuk lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran yang
berhubungan dengan gerak. Penggunaan media dalam pembelajaran pendidikan
jasmani bisa berupa slide presentation, CD-Interaktif, video tutorial, film
bertemakan olahraga, multimedia, jaringan dan lain-lain. Contoh pemanfaatan TIK
sebagai media dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu: (1) Slide
presentation dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran pendidikan jasmani
untuk menyampaikan materi terutama yang berhubungan dengan tujuan, penguasaan
konsep, pengertian materi yang diajarkan. Dalam slide presentantion dapat
dikombinasikan dengan gambar-gambar visual yang berhubungan dengan materi
pembelajaran agar menjadi lebih menarik dan pesan yang ingin disampaikan leih
mudah dimengerti oleh peserta didik. (2)
Video tutorial juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Beberapa
gerakan dalam olahraga tidak bisa diajarkan bagian-perbagian karena gerakan
tersebut menjadi suatu rangkaian yang cepat. Padahal jika ingin menguasai
gerakan tersebut siswa harus mengetahui tahapan-tahapan atau prosesnya secara
perlahan. Dengan penggunaan video tutorial yang dirancang sedemikian rupa,
proses gerakan yang tidak dapat diamati secara jelas dengan demonstrasi akan
dapat diamati oleh siswa melalui gerakan “slow motion” melalui pemutaran
video tersebut. (3) Film bertemakan olahraga. Dewasa ini banyak terdapat
film-film yang bertemakan olahraga. Pemutaran film-film olahraga dapat membantu
guru menjelaskan sisi afektif yang ingin dikembangkan dan dicapai melalui
pembelajaran penjas, seperti kerjasama, disiplin, sikap sportif, tanggungjawab,
kerja keras, dan lain-lain. Melalui pemutaran film tersebut diharapkan siswa
dapat mengambil pesan-pesan yang terkandung di dalamnya terkait sikap afeksi
dalam olahraga. Namun, dalam pemutaran film tersebut guru harus merancang
sedimikian rupa, mulai dari pemilihan film yang akan ditampilkan, menyiapkan
lembar kerja siswa untuk dikerjakan selama proses pembelajaran dll.
Ada beberapa
kendala yang dihadapi dalam penggunaan TIK sebagai media pembelajaran dalam
pendidikan jasmani, yaitu: (1) Kontrol ada di tangan pengguna dalam hal ini
guru sehingga dalam merancang dan menggunakan TIK sebagai media pembelajaran
guru harus merancang dengan teliti agar penggunaannya sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. (2) Proses pembuatan media pembelajaran memerlukan waktu yang
cukup lama, namun media yang telah dibuat dapat digunakan berkali-kali. (3) SDM
yang terbatas dalam hal ini guru. Sebagian guru pendidikan jasmani terutama di
daerah-daerah kurang mampu memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran. (4) Tidak
ada sentuhan kemanusian, saat pembelajaran berlangsung apabila menggunakan
media tidak ada interaksi yang terjadi sehingga unsur kemanusiaanya hampir
tidak ada.
KESIMPULAN
Pengetahuan
sifatnya tidak tetap, karena pengetahuan akan selalu berkembang dari
masa-kemasa. Pendidikan berbasis blended
learning merupakan salah satu wujud perkembangan pengetahuan. Dalam dunia
pendidikan memang sangat dibutuhkan variasi model pembelajaran maupun atau
penyampaian dalam proses pembelajaran. Blended
learning merupakan jawaban dari permasalahan yang dihadapi dalam dunia
pendidikan saat ini. Blended learning
muncul dengan mengkombinasikan beberapa model pembelajaran yaitu model
pembelajaran tatap muka (face to face),
model pembelajaran online dan model
pembelajaran offline.
Dalam
pembelajaran pendidikan jasmani memang tidak bisa menggunakan pembelajaran online dan offline saja. Karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani
mengutamakan pada perkembangan gerak anak. Sehingga cara menggunakan
pembelajaran blended learning dalam
pendidikan jasmani SMP adalah dengan munggunakan pembelajaran tatap muka (face to face) 50% sedangkan pembelajaran
online 25% dan offline 25%. Jadi pembelajaran digabungkan menjadi satu dalam
satu kali pertemuan.
SARAN
Pendidikan
jasmani berbasis blended learing memang belum sepenuhnya beralan dengan optimal
dikarenakan ada beberapa faktor-faktor yang menghambat, seperti SDM, koneksi
internet, dan juga sarana prasarana. Oleh karena pemerintah, sekolah, dan juga
para pendidik harus saling mendukung untuk terselenggaranya model pembelajaran
berbasis blended learning khususnya
di SMP. Tindakan semacam itu memang harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang
optimal dan juga meningkatkan mutu warga negara.
DAFTAR RUJUKAN
Abdulhak dan Darmawan. 2015. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Dwiyogo. 2013. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. (www.pembelajaranvisioner.com, diakses pada tanggal 30 September
2013)
Melton, Bridget Frugoli., Graf,
Helen., dan Foss, Joanne Chopak. 2009. “Achieve-ment
and Satisfaction in Blended Learning versus Traditional General Health Course
Design” dalam International Journal for
the Scholarship of Teaching and Learning, III (1), Artcle
Rusman, Kurniawan dan Riyana. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Warsito, B. 2011. Pendidikan Jarak Jauh. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
No comments:
Post a Comment