Monday, January 16, 2017

Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Olahraga Berbasis Blended Learning Di SMP



PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA BERBASIS BLENDED LEARNING DI SMP

Mohammad Syamsul Anam
Wasis D. Dwiyogo


Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Universitas Negeri Malang



ABSTRAK: Pembelajaran Blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik

Kata kunci: Pembelajaran, Pendidikan Olahraga, Blended Learning, SMP.


PENDAHULUAN
Di zaman yang serba moderen dan terus berkembang saat ini juga membawa pengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan memang membanwa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsa. Pasal 1 ayat 1  Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003  menyatakan  bahwa: “Pendidikan  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan  suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan memang bukan tanpa masalah, pendidikan di Indonesia memang masih banyak mengalami kendala. Mulai dari faktor biaya, jarak, waktu dan masih banyak faktor-faktor lain yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu dengan era moderen dan perkembangan teknologi yang begitu pesat ini membawa pengaruh yang baik terhadap dunia pendidikan.
Pada masa ini teknologi memiliki keterkaitan dengan pendidikan, karena pendidikan merupakan proses mendidik baik secara kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan juga psikomotor (gerak). Pendidikan era sekarang erat sekali hubungannya dengan teknologi karena teknologi era sekarang begitu canggih dan memudahkan  segala penggunanya, salah satunya adalah menambah pengetahuan. Karena pada dasarnya pengetahuan sifatnya berkembang dan terus diperbaharui. Maka dari itu baik pendidik, peserta didik, dan seluruh orang yang berperan dalam lembaga pendidikan harus membuka matanya terhadap perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini.
Salah satu pengaruh yang mencolok dalam dunia pendidikan adalah munculnya blended learning. Menurut Dwiyogo (2013), blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Dengan adanya pembelajaran blended learning ini masalah yang dialami ooleh negara ini akan dapat teratasi. Tinggal masing-masing individu memanfaatkan blended learning ini.

PEMBAHASAN
Blended Learning secara ketatabahasaan terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata Blend berarti “campuran bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006: 236), sedangkan Learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Elenena Mosa (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas dengan tatap muka secara konvensional (classroom lesson) dengan pembelajaran secara online. Ini yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang secara konvensional biasa dilakukan di dalam ruangan kelas dikombinasikan dengan pembelajaran yang dilakukan secara online baik yang dilaksanakan secara independen maupun secara kolaborasi, dengan menggunakan sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Dwiyogo (2013) pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Menurut Sutopo (2012: 4), blended learning adalah suatu model pembelajaran yang mencoba menggabungkan beberapa model pembelajaran yang telah ada. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dn komunikasi, terutama dalam jaringan berupa internet, umumnya model-model pembelajaran yang digabungkan itu berupa model pembelajaran face to face (tatap muka), offline learning, online learning.
Dwiyogo (2013) menyatakan Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran online.

Karakteristik Blended Learning
Adapun karakteristik dari Blended Learning yaitu: (1) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam. (2) Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online. (3) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran. (4) Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama penting, pendidik sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

Tujuan Blended Learning
            Adapun tujuan blended learning yaitu seperti berikut: (1) Membantu pendidik untuk berkembang lebih baik didalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan referensi dalam belajar. (2) Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan pendidik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang. (3) Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi pendidik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan pendidik, sedangkan porsi online memberikan para siswa dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama pendidik memiliki akses internet.

Kelebihan Blended Learning
Menurut Prayitno (2014) Kelebihan Blended Learning: (1) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi. (2) Pembelajaran lebih efektif dan efisien. (3) Dengan adanya Blended Learning maka peserta meningkatkan aksesbiltas. (4) Belajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
Selain pendapat yang dikemukakan tadi, Dwiyogo (2013) menyatakan bahwa Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah: (1) Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan. (2) Kemudahan implementasi. (3) Efisiensi biaya. (4) Hasil yang optimal; (5) Menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan (6) Meningkatkan daya tarik pembelajaran.

Kendala Penerapan Blended Learning :
(1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. (2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online. (3) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi. (4) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet

Penerapan Blended Learning di Sekolah Menengah  
Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah tidak begitu dibutuhkan jika penerapannya disamakan dengan penerapan Blended Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendekatanan dan metode pendidikan terutama di perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan jarak jauh. Pada pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah, harus menerapkan tatap muka dalam pembelajarannya, akan tetapi bukan berarti dalam pendidikan dasar dan menengah tidak dapat menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan dasar dan menengah juga dapat menerapkan Blended Learning, hanya saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran tidak dapat disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran blended learning pada tingkat SMP dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut; (1) kombinasi antara tatap muka dan CD interaktif. (2) kombinasi antara tatap muka dan blog. (3) kombinasi antara tatap muka dan e-mail. (4) kombinasi antara tatap muka dan facebook
Kapan Blended Learning dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah pada pendidikan dasar dan menengah? Blended Learning dibutuhkan pada saat metode pendidikan jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Proses pembelajaran Blended Learning ini dibutuhkan pada saat penyampaian atau pemberian materi pelajaran, pemberian tugas hingga penugasan-penugasan kepada peserta didik yang dilaksanakan di luar jam sekolah. Menurut Melton, Gran, dan Foss  (2009) menyatakan bahwa  hasil prestasi siswa dengan menggunakan blended learning lebih tinggi dari pada pembelajaran tradisional. Dengan demikian, model blended learning diharapkan akan menjadi model pembelajaran alternatif sebagai solusi atas permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Blended Learning dibutuhkan pada saat : (1) Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet. (2) Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pendidik dan siswa. (3) Siswa dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar. (4) Membantu proses percepatan pendidikan yang salah satunya dengan menerapkan flip classroom yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan Jasmani Berbasis Blended Learning
Pendidikan jasmani yang merupakan pendidikan dengan mengoptimalkan aktivitas fisik atau gerak dalam proses pembelajarannya akan sangat terbantu dengan adanya TIK dalam menunjang pembelajaran jarak jauh. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 15 dijelaskan bahwa pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagaii sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan jasmani memang tidak bisa menggunakan jenis pemmbelajaran online secara keseluruhan karena pendidikan jasmani mengutamakan pada pembelajaran gerak dan mengutamakan pada proses pembelajaran tatap muka (face to face). Menurut Dwiyogo (2013) menyatakan Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran online.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat memerlukan demonstrasi  untuk menyampaikan materi. Dan ini dalam pembelajaran jarak jauh ini tidak mungkin dilakukan tanpa memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran jarak jauh dalam pembelajaran pendidikan jasmani, beberapa produk teknologi seperti komputer didayagunakan untuk mendukung kegiatan belajar para pembelajar seperti siaran televisi, tape cassette, video film, siaran radio, slide, dan sebagainya. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, para pembelajar mendapat bantuan  berupa informasi pelengkap bagi materi pembelajaran yang sedang atau telah mereka pelajari. 
 Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, demonstrasi gerakan olahraga yang diajarkan dapat melalui video-video atau dengan CD-CD pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa. Dalam pengayaang materi pembelajaran penjas dapat memanfaatkan teknologi internet. Internet memungkinkan peserta didik mengakses informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Namun, yang perlu diingat guru harus menyiapkan situs-situs yang harus dikunjungi oleh peserta didik. Untuk evaluasi terutama yang berkaitan dengan keterampilan gerak dapat menggunakan video yang telah diisi rekaman gerak visual siswa yang dapat di kirim atau di posting ke internet untuk mendapat penilaian dan feedback dari tutor.
Tidak diragukan lagi belajar jarak jauh (distance learning) merupakan alternatif pendidikan yang memiliki prospek yang baik dalam perkembangan di masa yang akan datang. Apalagi bila mengingat kondisi Indonesia yang memiliki banyak pulau yang tersebar maka peluang terselenggaranya distance learning semakin terbuka lebar.  Namun masih banyak kendala yang dihadapi dalam menerapkan program belajar jarak jauh ini. Kendala-kendala tersebut terutama berkaitan dengan penggunaan internet baik dari segi fasilitas maupun ketersediaan sumber daya manusia dan sumber informasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu : (1) Rendahnya konsistensi peserta didik. Rendahnya pengawasan dan tingkat kemandirian peserta didik dapat menyebabkan konsistensi peserta didik mengikuti pembelajaran juga rendah. Akibatnya banyak peserta didik yang tidak meneruskan mengikuti program Distance Learning. (2) Infrastruktur jaringan internet masih kurang atau akses internet sulit diperoleh. Jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia untuk mengakses internet, terutama di daerah-daerah terpencil. (3) Kurangnya penguasaan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris masih mendominasi internet termasuk informasi-informasi pendidikan. Kondisi ini menjadi penghambat akses informasi melalui internet karena masyarakat Indonesia banyak yang memiliki keterbatasan dalam menguasai bahasa Inggris. (4) Tenaga kependidikan belum siap. Untuk mengoperasikan komputer diperlukan keterampilan menggunakan komputer. Saat ini banyak tenaga kependidikan yang belum mahir mengoperasikan komputer sehingga sangat sulit untuk menggunakan layanan internet. (5) Masyarakat masih belum bisa menerima sepenuhnya hal-hal baru secara langsung dan kurangnya dukungan pemerintah.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya, diantaranya:  (1) Peningkatan penyebaran jaringan dan fasilitas internet yang memadai oleh server-server dan penyedia layanan internet; (2) Memberikan semacam sosialisasi bahwa penggunaan internet itu tidak mahal, tergantung kepentingan kita. Bandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pengembangan fisik pendidikan (buku,alat-alat, dan gedung sekolah); (3) Pemberian pengetahuan dan bimbingan kepada tenaga pendidik agar bisa mengoperasikan internet dan meningkatkan kualitas pembelajaran; (4) Perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Penggunaan Internet devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong; (5) Tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, dan bahkan melalui warung Internet; (6) Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka.  Untuk itu perlu kita upayakan kegiatan-kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif; (7) Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa suatu hal tidak akan menjadi berkualitas apabila kita tidak melakukan pembaharuan / inovasi terlebih dahulu. Juga perlu diberi kesadaran tentang pentingnya belajar di mana saja walaupun tidak berada di kelas;

TIK Sebagai Media Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani
Media merupakan alat yang memungkinkan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Dalam perkembangan sekarang ini, TIK sudah banyak digunakan sebagai media pembelajaran dengan tujuan agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti oleh peserta didik. TIK sebagai media pembelajaran digunakan untuk menyederhanakan pesan, mengurangi verbalitas, menyamakan persepsi, menarik perhatian siswa, menghemat waktu dll. Tujuan khusus TIK sebagai media pembelajaran adalah: (1) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda. (2) Menumbuhkan sikap dan keterampilan BTI. (3) Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. (4) Menjadikan belajar lebih efektif, efisien dan bermakna. (5) Membuka peluang belajar dimana dan kapan saja. (6) Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik. (7) Menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan.
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut. Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Media siap pakai (by utilization) seperti: benda sebenarnya, lingkungan, nara sumber, fenomena alam dll. Sedangkan, media yang di rancang (by design), seperti: grafis, model, modul, paket terprogram, gambar dan foto, program audio, program video, komputer interaktif, multimedia dan jaringan. TIK sendiri merupakan media pembelajaran yang bersifat by design karena untuk menggunakannya perlu dirancang secara khusus terlebih dahulu untuk maksud dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Ada beberapa kriteria dalam membuat media pembelajaran yaitu kesederhanaan, keutuhan, keseimbangan dan ketegasan. Kesederhanaan yaitu meliputi penggunaan huruf yang mudah dibaca, penggunaan slide untuk 1 konsep, isi hanya mencakup inti materi dan penggunaan visual untuk pesan yang kompleks. Penggunaan visual sebagai bagian dari pesan, melengkapi pesan dan sebagai ilustrasi. Keutuhan merupakan keharmonisan dalam kesatuan pesan, sehingga dalam pembuatan media pembelajaran pesan yang ingin disampaikan harus dibuat secara utuh. Keseimbangan yaitu meliputi keserasian tata letak desain pesan pada bidang slide atau transparansi. Dan, ketegasan yaitu teknik memberi penekanan pada bagian tertentu yang dianggap penting.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan aktivitas jasmani atau gerak dalam pembelajaran sehingga penggunaan TIK sebagai media dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran yang berhubungan dengan gerak. Penggunaan media dalam pembelajaran pendidikan jasmani bisa berupa slide presentation, CD-Interaktif, video tutorial, film bertemakan olahraga, multimedia, jaringan dan lain-lain. Contoh pemanfaatan TIK sebagai media dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu: (1) Slide presentation dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran pendidikan jasmani untuk menyampaikan materi terutama yang berhubungan dengan tujuan, penguasaan konsep, pengertian materi yang diajarkan. Dalam slide presentantion dapat dikombinasikan dengan gambar-gambar visual yang berhubungan dengan materi pembelajaran agar menjadi lebih menarik dan pesan yang ingin disampaikan leih mudah dimengerti oleh peserta didik.  (2) Video tutorial juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Beberapa gerakan dalam olahraga tidak bisa diajarkan bagian-perbagian karena gerakan tersebut menjadi suatu rangkaian yang cepat. Padahal jika ingin menguasai gerakan tersebut siswa harus mengetahui tahapan-tahapan atau prosesnya secara perlahan. Dengan penggunaan video tutorial yang dirancang sedemikian rupa, proses gerakan yang tidak dapat diamati secara jelas dengan demonstrasi akan dapat diamati oleh siswa melalui gerakan “slow motion” melalui pemutaran video tersebut. (3) Film bertemakan olahraga. Dewasa ini banyak terdapat film-film yang bertemakan olahraga. Pemutaran film-film olahraga dapat membantu guru menjelaskan sisi afektif yang ingin dikembangkan dan dicapai melalui pembelajaran penjas, seperti kerjasama, disiplin, sikap sportif, tanggungjawab, kerja keras, dan lain-lain. Melalui pemutaran film tersebut diharapkan siswa dapat mengambil pesan-pesan yang terkandung di dalamnya terkait sikap afeksi dalam olahraga. Namun, dalam pemutaran film tersebut guru harus merancang sedimikian rupa, mulai dari pemilihan film yang akan ditampilkan, menyiapkan lembar kerja siswa untuk dikerjakan selama proses pembelajaran dll.
Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penggunaan TIK sebagai media pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu: (1) Kontrol ada di tangan pengguna dalam hal ini guru sehingga dalam merancang dan menggunakan TIK sebagai media pembelajaran guru harus merancang dengan teliti agar penggunaannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (2) Proses pembuatan media pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama, namun media yang telah dibuat dapat digunakan berkali-kali. (3) SDM yang terbatas dalam hal ini guru. Sebagian guru pendidikan jasmani terutama di daerah-daerah kurang mampu memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran. (4) Tidak ada sentuhan kemanusian, saat pembelajaran berlangsung apabila menggunakan media tidak ada interaksi yang terjadi sehingga unsur kemanusiaanya hampir tidak ada.

KESIMPULAN
Pengetahuan sifatnya tidak tetap, karena pengetahuan akan selalu berkembang dari masa-kemasa. Pendidikan berbasis blended learning merupakan salah satu wujud perkembangan pengetahuan. Dalam dunia pendidikan memang sangat dibutuhkan variasi model pembelajaran maupun atau penyampaian dalam proses pembelajaran. Blended learning merupakan jawaban dari permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini. Blended learning muncul dengan mengkombinasikan beberapa model pembelajaran yaitu model pembelajaran tatap muka (face to face), model pembelajaran online dan model pembelajaran offline.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani memang tidak bisa menggunakan pembelajaran online dan offline saja. Karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani mengutamakan pada perkembangan gerak anak. Sehingga cara menggunakan pembelajaran blended learning dalam pendidikan jasmani SMP adalah dengan munggunakan pembelajaran tatap muka (face to face) 50% sedangkan pembelajaran online 25% dan offline 25%. Jadi pembelajaran digabungkan menjadi satu dalam satu kali pertemuan.

SARAN
Pendidikan jasmani berbasis blended learing memang belum sepenuhnya beralan dengan optimal dikarenakan ada beberapa faktor-faktor yang menghambat, seperti SDM, koneksi internet, dan juga sarana prasarana. Oleh karena pemerintah, sekolah, dan juga para pendidik harus saling mendukung untuk terselenggaranya model pembelajaran berbasis blended learning khususnya di SMP. Tindakan semacam itu memang harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal dan juga meningkatkan mutu warga negara.

DAFTAR RUJUKAN
Abdulhak dan Darmawan. 2015. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Dwiyogo. 2013. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. (www.pembelajaranvisioner.com, diakses pada tanggal 30 September 2013)
Melton, Bridget Frugoli., Graf, Helen., dan Foss, Joanne Chopak. 2009. “Achieve-ment and Satisfaction in Blended Learning versus Traditional General Health Course Design” dalam  International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, III (1), Artcle
Rusman, Kurniawan dan Riyana. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Warsito, B. 2011. Pendidikan Jarak Jauh. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

No comments:

Post a Comment