TAKSONOMI HASIL BELAJAR
MENURUT BLOOM, GAGNE, DAN MERRIL
Mohammad Syamsul Anam
Wasis D. Dwiyogo
Jurusan
Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Universitas
Negeri Malang
Email: Syamsulanam42@gmail.com
ABSTRAK: Taksonomi dalam pendidikan, dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi Bloom adalah struktur
hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga
yang tinggi. Taksonomi Bloom direvisi tetapi hanya
dilakukan pada ranah kognitif. Teori belajar Gagne termasuk dakam psikologi
tingkah laku atau psikologi stimulus respon. Kemampuan yang dimiliki manusia
karena ia belajar disebut kapabilitas. Merrill
lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi:
berisikan (a) Fakta, b) Konsep-simbol, (c) Prosedur-satu set langkah
memerintahkan, (d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau
hubungan. (2) Kinerja, Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat (b) aplikasi
(c) Menemukan/menggeneralisasikan
Kata
kunci: Taksonomi, Blom, Gagne, Merril.
PENDAHULUAN
Pendidikan
secara umum merupakan kebutuhan manusia yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan sebuah tuntunan, yang bermanfaat bagi kehidupan yang dapat
membantu tumbuhnya anak-anak dan mengarahkan membawa kekuatan yang ada pada
anak, agar menjadi manusia dan anggota masyarakat yang memiliki kepribadian
moral dan watak yang baik atau tingkah laku yang akhlakul karimah sehingga
menjadi manusia yang berkualitas.
Belajar
adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap
(Gredler,1991:1). Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh
sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol susu dan
mengenal ibunya. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang
membedakan jenisnya dari jenis-jenis
makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi individu dan
juga bagi masyarakat
Pada
pembuatan atau penyusunan sebuah kurikulum pendidikan dan pembelajaran yang
terdiri dari Term of Reference (TOR),
Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) maupun Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang sulit, untuk menentukan content materi
yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Masalah biasanya timbul
ketika mencari kesepakatan mengenai pemilihan taksonomi atau klasifikasi atas
prinsip dasar atau aturan yang dipergunakan. Kadang pemilihan tujuan program,
kompetensi dasar maupun indikator pencapaian dalam GBPP tersebut dirasakan
kurang pas.
Dalam
pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari
setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap
tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau
aturan. Maka dari itu penulis ingin memaparkan beberapa materi mengenai
taksonomi menurut Bloom, Gagne, dan Merril sebagai salah satu dasar untuk
menyusun sebuah kurikulum pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan
karateristik peserta didik.
PEMBAHASAN
Taksonomi
Taksonomi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu
tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Jadi
Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan dalam
belajar.
Taksonomi Bloom
Bloom,
lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di
Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari
The University of Chicago pada tahun 1942.
Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan
berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia
mendirikan The International Association For
The Evaluation Of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the
Measurement, Evaluation, and
Statistical Analysis (MESA)
program pada University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and Development
Committees of the College Entrance Examination Board dan The President of the American Educational Research
Association. Blom meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah
taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi
hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase
terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hafalan
mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan
pada tahun 1948. Menurut Bloom, hafalan sebenarnya merupakan tingkat terendah
dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai
agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah
struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang
rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi,
level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan
intelektual (intellectual behaviors)
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah
Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, dan keterampilan berpikir.
Ranah Kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension
(pemahaman atau persepsi), (3) application
(penerapan), (4) analysis (penguraian
atau penjabaran), (5) synthesis
(pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Gambar 1 : Skema Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom
Level
Taksonomi ini digambarkan dalam bentuk piramida berikut: Tiga level pertama
(terbawah) merupakan Lower Order Thinking
Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher
Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti
bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini
harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya
menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
Tabel
1 : Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
RANAH
KOGNITIF
|
|||
No
|
Kategori
|
Penjelasan
|
Kata
Kerja Kunci
|
1
|
Pengetahuan
|
Kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali
Contoh: menyatakan kebijakan.
|
Mendefinisikan,
menyusun daftar, menamai, menyatakan, mengidentifikasika, mengetahui,
menyebutkan, membuat rerangka, menggaris bawahi, menggambarkan, menjodohkan,
memilih
|
2
|
Pemahaman
|
Kemampuan memahami
instruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan
kembali dengan kata-kata sendiri
Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi
pelajaran
|
Menerangkan,
menjelaskan , menguraikan, membedakan, menginterpretasikan, merumuskan,
memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah, memberi
contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan, merangkum
|
3
|
Penerapan
|
Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi
yang baru
Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung
gaji pegawai.
|
Menerapkan,
mengubah, menghitung, melengkapi, menemukan. membuktikan, menggunakan,
mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan, menunjukkan,
mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan, menghasilkan.
|
4
|
Analisa
|
Kemampuan memisahkan
konsep kedalam beberapa
komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas
atas
dampak komponen – komponen terhadap konsep tersebut
secara utuh.
Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok
penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.
|
Menganalisa,
mendiskriminasika, membuat skema /diagram, membedakan, membandingkan,
mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan, menunjukan hubungan
antara variabel, memilih, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan,
mempertentangkan.
|
5
|
Sintesa
|
Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-
komponen dalam rangka menciptakan arti/ pemahaman/ struktur baru.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan
pendapat dan materi dari beberapa sumber
|
Mengkategorikan
mengkombinasika, mengatur memodifikasi, mendisain, mengintegrasikan, mengorganisir, mengkompilasi, mengarang,
menciptakan, menyusun kembali, menulis kembali, merancang, merangkai,
merevisi, menghubungkan, merekonstruksi, menyimpulkan, mempolakan
|
6
|
Evaluasi
|
Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan
norma, acuan atau kriteria.
Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci
jawaban.
|
Mengkaji
ulang, membandingkan,
menyimpulkan,
mengkritik, mengkontraskan, mempertentangkan menjustifikasi, mempertahankan,
mengevaluasi, membuktikan, memperhitungka, menghasilkan, menyesuaikan,
mengkoreksi, melengkapi, menemukan
|
(Sumber:
Retno Utari)
Ranah
Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,
nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah
ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks.
Tabel 2 : Ranah Afektif Taksonomi Bloom
RANAH
AFEKTIF
|
|||
No
|
Kategori
|
Penjelasan
|
Kata
Kerja Kunci
|
1
|
Penerimaan
|
Kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan
terhadap orang lain
Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama
seseorang
|
menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / mengendalikan
diri, mengidentifikasi, memperhatikan, menjawab.
|
2
|
Responsif
|
Kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera
bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.
Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas
|
Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi, menyetujui,
mendiskusikan, melakukan, memilih, menyajikan, mempresentasikan, melaporkan,
menceritakan, menulis, menginterpretasikan, menyelesaikan,
mempraktekkan.
|
3
|
Nilai yang dianut
(Nilai diri)
|
Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk
membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan
nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.
Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang berlaku
dan komitmen perusahaan.
|
Menunjukkan, mendemonstrasikan, memilih, membedakan,
mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk, berinisiatif,
melaksanakan, memprakarsai, menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan,
menginterpretasikan, membenarkan, menolak, menyatakan/mempertahankan
pendapat,
|
4
|
Organisasi
|
Kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi
dengan mengharmonisasikan perbedaan
nilai.
Contoh:
Menyepakati dan mentaati etika
profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
|
Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur,
mengidentifikasikan, mengkombinasikan, mengorganisisr, merumuskan,
menyamakan, mempertahankan,
menghubungkan, mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan,
menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, menyusun, menyempurnakan, menyatukan
pendapat, menyesuaikan, melengkapi, membandingkan, memodifikasi
|
5
|
Karakterisasi
|
Kemampuan mengendalikan
perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki
hubungan intrapersonal, interpersonal dan social.
Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja
sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok
|
Melakukan, melaksanakan, memperlihatkan membedakan,
memisahkan, menunjukkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi,
mempraktekkan, mengusulkan, merevisi, memperbaiki, membatasi, mempertanyakan,
mempersoalkan, menyatakan, bertindak, Membuktikan, mempertimbangkan.
|
(Sumber:
Retno Utari)
Ranah
Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat
diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut
kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada 6 kategori dalam
ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
Tabel
3 : Ranah Psikomotor Taksonomi Bloom
RANAH
AFEKTIF
|
|||
No
|
Kategori
|
Penjelasan
|
Kata
Kerja Kunci
|
1
|
Persepi
|
Kemampuan menggunakan saraf sensori dalam
menginterpretasikan nya dalam memperkirakan sesuatu
Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas
|
Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih, menghubungkan,
menggambarkan, mengidentifikasi, mengisolasi, membedakan menyeleksi,.
|
2
|
Kesiapan
|
Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik,
dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai
urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.
|
Memulai, mengawali, memprakarsai, membantu,
memperlihatkan mempersiapkan diri, menunjukkan, mendemonstrasikaan.
|
3
|
Reaksi yang diarahkan
|
Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks
dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji coba.
Contoh: Mengikuti arahan
dari instruktur.
|
Meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, mempraktekkan,
mengerjakan, membuat, memperlihatkan, memasang, bereaksi, menanggapi.
|
4
|
Reaksi natural
(mekanisme)
|
Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat
ketrampilan ahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan
terbiasa melakukan tugas rutinnya.
Contoh: menggunakan
computer
|
Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar,
memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit,
mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mempertajam, menangani.
|
5
|
Reaksi yang kompleks
|
Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan
sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan
efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat, tanpa ragu.
Contoh: Keahlian bermain piano.
|
Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar,
memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit,
mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mencampur, mempertajam, menangani,
mngorganisir, membuat draft/sketsa, mengukur
|
6
|
Adaptasi
|
Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi
polasesuai dengan yang dbutuhkan,
Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat
terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.
|
Mengubah, mengadaptasikan, memvariasikan, merevisi,
mengatur kembali, merancang kembali, memodifikasi.
|
(Sumber:
Retno Utari)
Revisi Taksonomi Blom
Pada
tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli
psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya
dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: (1) Perubahan kata
kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. (2) Perubahan
hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu
dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5
dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada
level 1, knowledge diubah menjadi
remembering (mengingat). Pada level 2, comprehension
dipertegas menjadi understanding
(memahami). Pada level 3, application
diubah menjadi applying (menerapkan).
Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis). Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level
6 tetapi dengan perubahan mendasar,
yaitu creating (mencipta). Pada level
6, Evaluation turun posisisinya menjadi
level 5, dengan sebutan evaluating
(menilai).
Revisi
Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita
kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl
pada ranah kognitif terdiri dari enam level:
remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing
(menganalisis, mengurai), evaluating
(menilai) dan creating (mencipta).
Perubahan istilah dan pola level taksonomi
bloom dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 : Skema Revisi Taksonomi
Bloom Ranah Kognitif
Jadi,
dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai
berikut: (1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu. (2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya
terlebih dahulu. (3) Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya
dulu. (4) Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu. (5) Sebelum
kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Saat
ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill menekankan aspek
psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat
dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude
(sikap) juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran
karena attitude terbentuk sejak
lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan
Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: (1) Tentukan tujuan pembelajaran. (2) Tentukan
kompetensi pembelajaran yang ingin
dicapai apakah peningkatan knowledge,
skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata pelajaran,
dan peserta didik. (3) Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan
kompetensi pembelajaran. (a) Ranah kognitif
: Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat,
Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat. (b) Ranah Psikomotorik :
Kategorikan ranah tersebut, Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme),
Adaptasi, Reaksi yang kompleks
Kreativitas. (c) Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan
Karakterisasi. (4) Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan
instruksi kedalaman materi, baik pada tujuan program pelajaran, kompetensi dasar
dan indikator pencapaian. (5) Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom
dalam ranah kognitif, dapat ditentukan
pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel.
Taksonomi Gagne
Selama
ini kita merumuskan kompetensi dasar berdasarkan taksonomi Bloom dengan tiga
domainnya, yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor.
Padahal Gagne mengembangkan pula tujuan-tujuan belajar yang dikenal dengan
taksonomi Gagne.
Menurut
Gagne tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari
belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga
dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar. Gagne
mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai
hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.
Kapabilitas
merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat
diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk
suatu piramida. Misalnya seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya
apabila tidak terlebih dahulu mengerjakan tugas a dan b. Piramida tersebut
digambarkan sebagai berikut :
Akan
tetapi untuk menyelesaikan tugas a seseorang mesti menyelesaikan tugas c dan d
terlebih dahulu, sedangkan untuk tugas b, seseorang itu harus menyelesaikan
terlebih dahulu tugas e, f, dan g. Agar lebih jelas, perhatikanlah gambar
berikut:
Gagne
mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif,
satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar
menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut : (1) Informasi verbal, Kapabilitas
informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan
pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan,
membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai
fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh, siswa dapat menyebutkan dalil
Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring
sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. (2) Keterampilan
Intelektual, Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk
dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas
keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar
yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak,
belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep,
belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar
tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat)
sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan masalah. (a) Belajar
Isyarat, Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa
kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga
menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan. Sebagai
contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang
mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru
tersebut. Contoh yang lain, misal pada suatu kelas yang diberikan pelajaran
geometri, seorang anak yang tak dapat mengerjakan soal geometri tersebut
dicemoohkan oleh guru. Karena cemoohan guru tersebut anak tidak dapat
menyenangi pelajaran matematika. (b) Belajar stimulus respon, Belajar stimulus
respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar
isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan
dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang
datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian
diiringi respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang
terpadu antara stimulus dan respon. Misalnya siswa menirukan guru menyebutkan
persegi setelah gurunya menyebutkan
persegi; siswa mengumpulkan benda persegi setelah disuruh oleh gurunya. (c)
Belajar rangkaian gerak, Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah
terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon
dalam suatu rangkaian berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang
masih dalam rangkaian yang sama. Sebagai contoh, misalnya seorang anak akan
menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang jari-jarinya diketahui.
Untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi melakukan beberapa langkah terurut
yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan tersebut terdiri dari rangkaian
stimulus respon, dengan langkah-langkah sebagai berikut : anak memegang sebuah
jangka, meletakkan salah satu ujung jangka pada sebuah titik yang telah
ditentukan menjadi pusat lingkaran
tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi, setelah itu meletakkan ujung
jangka lainnya sesuai dengan panjang jari-jari, lalu memutar jangka tersebut. (d)
Belajar rangkaian verbal, Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan
perbuatan jasmaniah, maka pada belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan
lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua
kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu
rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian
yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan stimulus
respon yang kedua, yang memungkinkan anak tersebut menamai benda yang diamati
tersebut. Contoh dalam matematika, seorang anak mengamati sebuah segi empat
tegak yang keempat sisi-sisinya sama panjang, maka nama segi tersebut adalah
persegi. (e) Belajar memperbedakan, Belajar memperbedakan adalah belajar
membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek
fisik dan konsep, dalam merespon lingkungannya, anak membutuhkan
keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek
dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya. Terdapat
dua macam belajar memperbedakan yaitu memperbedakan tunggal dan memperbedakan
jamak. Contoh memperbedakan tunggal. “siswa dapat menyebutkan segitiga sebagai
lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas
garis”. Contoh memperbedakan jamak, siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua
jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar
sudut yang paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi
miringnya, sementara pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu
pula dengan besar sisi-sisinya. (f) Belajar Pembentukan Konsep, Belajar
Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda
konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk
memahami konsep persegipanjang anak mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya
persegi panjang), papan tulis, bingkai
foto (yang bentuknya persegipanjang) dan sebagainya. Untuk hal-hal tertentu belajar pembentukan konsep
merupakan lawan dari belajar memperbedakan. Belajar memperbedakan menginginkan
anak dapat membedakan objek-objek berdasarkan karakteristiknya yang berlainan,
sedangkan belajar pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat
mengklasifikasikan objek-objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki
karakteristik sama. (g) Belajar Pembentukan Aturan, Aturan terbentuk
berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan
verbal, dalam matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau sifat-sifat.
Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan
memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai
contoh, terdapat sebuah segitiga dengan sisi siku-sikunya berturut-turut
mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm. Guru meminta anak untuk menentukan panjang
sisi miringnya. Untuk menghitung panjang sisi miringnya, anak memerlukan suatu
aturan Pythagoras yang berbunyi “pada
suatu segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat
sisi siku-sikunya”. Dengan menggunakan aturan di atas diperoleh 32 +
42 = 25 = 52, jadi panjang sisi miring yang ditanyakan
adalah 5 cm. (h) Belajar memecahkan masalah (problem solving), Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar
yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar
memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat
formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah, mencari
selisih kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah dan selisihnya. (3) Strategi Kognitif, Kapalilitas
strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan
proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas
ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar,
mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas
strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah
matematika. (4) Sikap, Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara
tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon
yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula
negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud,
apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seseorang memasuki toko
buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, bila orang tersebut
memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya sikap terhadap matematika
yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika atau
buku yang lain selain buku matematika. (5)
Keterampilan Motorik, Untuk
mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat
melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot,
serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam
mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh
tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya
kemampuan menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat
tadi untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
Berdasarkan
uraian tentang kapabilitas dapat ditegaskan bahwa ada lima ragam belajar yaitu
informasi verbal yang menyatakan informasi, kemampuan intelektual merespon
situasi yang berbeda dengan memanipulasi simbol seperti huruf, angka, rumus,
dan kata. Seifert (2012:128) menyatakan dalam teori Gagne melalui metode kerja
kelompok bentuk kecakapan intelektual paling kongkrit adalah kecakapan belajar
memperbedakan: membedakan obyek dari ciri-ciri nyata obyek tersebut. Jenis
ketiga dari belajar kognitif adalah strategi kognitif. Obyek dari proses
pemikiran pemelajar itu sendiri. Strategi kognitif membantu siswa mengelola
belajar mereka serta ingatan dan pemikiran mereka. Sikap merupakan kaitan antar
keadaan-keadaan akan memengaruhi perilaku tetapi secara tidak langsung
menentukan kinerja unjuk tindak, menunjukkan sikap pada siswa tindakan apa yang
tidak efektif. Jenis kelima, keterampilan motorik mengacu pada tindakan fisik
yang baru dipelajari yang tidak bisa dilakukan sebelum belajar, seperti memberi
serve dalam permainan tenis.
Tahapan Belajar Menurut Gagne
Sembilan
tahap belajar disajikan dalam tabel 2 yang dikategorikan dalam tiga tahapan
umum: a) persiapan belajar; b) akuisisi dan kinerja yang merupakan peristiwa
inti di dalam mempelajari kapabilitas baru dan c) transfer belajar yang memberikan
aplikasi untuk kapabilitas baru di dalam konteks yang baru.
Persiapan
belajar bertujuan mempersiapkan diri untuk belajar termasuk di dalamnya adalah
memerhatikan stimuli untuk belajar (dapat berupa tulisan, ucapan gambar, atau
model manusia), membangun harapan ke arah tujuan belajar, dan mengambil
informasi yang relevan dan/atau keterampilan dari ingatan jangka panjang untuk
dimasukkan ke ingatan jangka pendek. Biasanya tahapan ini hanya butuh waktu
beberapa menit. Pentingnya harapan karena memengaruhi pemilihan hasil yang
tepat disetiap tahapan pemrosesan informasi selanjutnya. Misalnya, jika
seseorang ingin belajar cara mencari besaran resistansi dalam sirkuit listrik, karakteristik
sirkuit listrik yang relevan dengan tujuan itu akan diproses dan yang lainnya
akan diabaikan (Gagne dalam Gredler 2011: 185).
Mengambil kapabilitas
yang relevan dari ingatan jangka panjang adalah juga penting untuk proses
belajar baru. Dalam mempelajari konsep segitiga, misalnya anak harus pertama-tama
mengingat bahwa bentuk bersisi tiga berbeda dengan bentuk geometris lainnya
(belajar membedakan).
Tabel 4 :Ringkasan
Sembilan Tahapan Belajar dalam Teori Gagne
Deskripsi
|
Tahapan
|
Fungsi
|
Persiapan
belajar
|
1. Memerhatikan
2. Harapan
3. Pengambilan kembali (informasi
yang relevan dan/atau keterampilan) untuk dibawa ke ingatan kerja
|
Memberi peringatan
bagi
pemelajar
terhadap adanya stimulus
Mengorientasikan
pemelajar pada tahap belajar
Memberi
ingatan tentang
kapabilitas
yang diperlukan
|
Akuisisi
Dan kinerja
|
4. Perspektif selektif terhadap ciri
stimulus
5. Pengkodean semantik
6. Pengambilan kembali dan respons
7. Penguatan
|
Memungkinkan
penyimpanan stimulus penting secara temporer di dalam ingatan kerja
Transfer
ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang
Mengembalikan
informasi yang tersimpan ke peng-gerak
respons individual
dan mengaktifkan respons
Mengkonfirmasi
harapan
pemelajar
tentang tujuan
belajar
|
Transfer
belajar
|
8. Pengambilan petunjuk
9. Kemampuan generalisasi
|
Memberikan
petunjuk
tanbahan
untuk pengingatan kapabilitas di waktu mendatang
Memperkaya
transfer belajar ke stimulus baru
|
Sumber:
Gredler (2011:186)
Akuisisi dan
kinerja yang dirujuk sebagai fase inti dari belajar terdiri dari empat tahap
yaitu tahap persepsi selektif, pengkodean semantik, pengambilan kembali, dan
respons serta penguatan. Dari tahap ini menurut Gagne dalam Gredler (2011:186)
pengkodean adalah tahap sentral penting dalam belajar. Tanpa pengkodean, belajar
tidak akan terjadi.
Kode yang
disimpan dapat berupa konsep, proposisi, atau beberapa
organisasi
informasi bermakna lainnya. Dalam mempelajari konsep segitiga misalnya, anak
mengodekan berbagai macam contoh segitiga dengan tekstur dan warna yang
berbeda-beda. Tetapi untuk keterampilan motorik, pemelajar mengodekan gambar
visual dari keterampilan itu dan melakukan aktivitas rutin yang dibutuhkan
untuk melakukan bagian dari kinerja. Kegiatan inti dari belajar diakhiri dengan
kinerja atau konfirmasi belajar baru. Jika anak belajar konsep segitiga, dia
akan mengidentifikasi contoh segitiga dengan beragam ukuran, warna, dan material.
Untuk keterampilan motorik, siswa menunjukkan kinerja fisiknya.
Langkah
selanjutnya adalah tanggapan terhadap prestasi tujuan belajar. Arti penting
dalam tanggapan menurut Gagne dalam Gredler (2011:187) adalah diambil dari
konsep penguatan Estes (1972) yakni tanggapan memperkuat pemelajar ketika ia
mengkonfirmasikan bahwa tujuan telah tercapai atau telah dikuasai. Dengan kata
lain tanggapan memperoleh daya penguat dengan mengonfirmasi harapan pemelajar.
Transfer
belajar. Belajar yang baru tidak boleh dibatasi hanya pada situasi yang
diperkenalkan dalam pembelajaran inti. Tahapan terakhir dari belajar mencakup
kesempatan untuk mengaplikasikan aktivitas belajar ini ke dalam situasi baru
dan mengkonstruksi petunjuk tambahan untuk diingat kembali kelak. Kemampuan
untuk menggeneralisasikan ke situasi baru ini juga dikenal sebagai transfer
lateral. Misalnya pemelajar harus dapat menunjukkan segitiga di dalam suatu
gambar geometris dan menggambar segitiga di selembar kertas.
Dari uraian
mengenai tahapan belajar dalam teori Gagne, dapat diambil
kesimpulan
pada awalnya pemelajar harus memerhatikan stimuli untuk belajar, membangun
harapan terhadap tujuan belajar, dan mengambil informasi yang relevan dan/atau
keterampilan dari ingatan jangka panjang. Dalam peristiwa inti belajar,
pemelajar secara selektif memahami informasi yang relevan di dalam lingkungan,
mengodekan informasi ke dalam ingatan jangka panjang (kegiatan penting dalam
belajar), dan kemudian mengambil kembali kode itu dan melakukan respons.
Kemudian umpan balik tentang pencapaian tujuan akan memperkuat pemelajar
denngan mengonfirmasikan harapannya. Pemelajar mengakhiri proses dengan
pengaplikasian belajar baru itu dalam konteks dan situasi baru. Tahapan ini
juga melahirkan petunjuk tambahan untuk pengingatan kapabilitas di masa depan.
Taksonomi Merrill
Dr,
Merrill meraih gelar MBA dari Brigham Young University pada tahun 1961, gelar
Ph.D dari University of Illinois pada tahun 1964. Dia telah menulis 12 buku dan
banyak artikel, laporan teknis, dan buku. Dia bergabung dengan fakultas di Utah
State University tahun 1987 dan terus melakukan penelitian di sana. yang paling
terkenal kontribusi Merrill untuk merancang pembelajaran adalah Component Display Theory (CDT) yang
didasarkan pada asumsi yang sama seperti yang teori Gagne, bahwa kelas yang
berbeda dari hasil pembelajaran memerlukan prosedur yang berbeda untuk mengajar
dan penilaian.
M.
David Merrill Component Display Theory
(CDT) (1983) menggambarkan unsur-unsur mikro instruksi (ide tunggal dan metode
untuk mengajar mereka). CDT terdiri dari tiga bagian: (1) Sebuah kinerja / isi
dimensi terdiri dari tingkat kinerja yang diinginkan siswa dan jenis konten.
(2) Empat bentuk presentasi primer. (3) Satu set resep yang berkaitan tingkat
kinerja dan jenis konten ke bentuk presentasi.
Merrill
lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi:
yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip. Konten
berkisar dari fakta-fakta, yang merupakan bentuk yang paling dasar konten,
prinsip-prinsip. Ini adalah informasi yang aktual untuk dipelajari. Empat jenis
konten dalam teori tampilan komponen: (a) Fakta, secara logis terkait potongan
informasi. Beberapa contoh adalah nama, tanggal, dan peristiwa.(b)
Konsep-simbol, peristiwa, dan benda-benda yang memiliki karakteristik dan
ditunjukkan oleh nama yang sama. Konsep membuat sebagian besar bahasa dan
pemahaman mereka merupakan bagian integral komunikasi. (c) Prosedur-satu set
langkah memerintahkan, sequencing untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
(d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau hubungan. Mereka
menjelaskan atau memprediksi mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu. (2)
Kinerja, terdiri dari mengingat, menggunakan, dan generalisasi. Kinerja
diklasifikasikan dengan mengingat sebagai bentuk yang paling sederhana kinerja,
untuk menemukan (yang umum) yang paling maju. Kinerja adalah cara di mana
pelajar menerapkan konten. Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat : pelajar
diperlukan untuk mencari dan mengambilnya dari memori item tertentu dari
informasi, atau memori dan mengingat informasi konten (b) Menggunakan/aplikasi:
pelajar langsung menerapkan informasi untuk kasus tertentu, atau di mana siswa
dipanggil untuk menunjukkan beberapa penggunaan praktis untuk konten. (c) Menemukan/menggeneralisasikan:
pelajar menggunakan informasi untuk memperoleh abstraksi baru (konsep, prinsip,
dll), atau di mana siswa menggunakan informasi yang induktif untuk
menghasilkan sebuah abstraksi baru, konsep, atau prinsip.Dengan membentuk
matriks menggunakan dua dimensi isi dan kinerja, instruktur menentukan
elemen-elemen pada matriks adalah tujuan untuk pelajar.
KESIMPULAN
Taksonomi
Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka
konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah
kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Revisi
Taksonomi Bloom hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
(1) Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi. (2) Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun
urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan
mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pada level 1,
knowledge diubah menjadi remembering (mengingat). Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami). Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan). Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis). Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta). Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi
level 5, dengan sebutan evaluating
(menilai).
Teori
belajar Gagne termasuk dakam psikologi tingkah laku atau psikologi stimulus
respon. Kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar disebut kapabilitas.
Selanjutnya menurut Gagne ada 5 kapabilitas, yaitu: (1) Informasi Verbal (2)
Intelektual (3) Strategi Kognitif (4) Sikap (5) Keterampilan Motorik. Khusus
untuk kapabilitas intelektual, Gagne membaginya menjadi delapan tipe belajar
yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak,
belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep,
belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah.
Merrill
lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi:
berisikan (a) Fakta, b) Konsep-simbol, (c) Prosedur-satu set langkah
memerintahkan, (d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau
hubungan. (2) Kinerja, Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat (b)
Menggunakan / aplikasi (c) Menemukan / menggeneralisasikan.
SARAN
Teori-teori belajar diatas dimaksudkan
untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kita harus
memperhatikan tingkatan yang dimulai dari yang mudah menuju yang sulit, hal itu
sudah tercangkup dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Maka dari itu
kita sebagai calon pendidikak hal tersebut harus kita pahami dan di mengerti
agar tujuan belajar menjadi jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Bell, Fredrick. 1978. Teaching and Learning Mathematics (in
Secondary School). Iowa: Brown Company Publisher.
Benjamin
Bloom. New World Encyclopedia, from
http://newworldencyclopedia.org/entry/Benjamin_diakses tanggal 13 Oktober 2016.
Berbagi Ilmu-Taksonomi Bloom, dari
http://endang965.wordpress.com/2009/03/18/taksonomi-bloom, diakses tanggal 13
Oktober 2016.
Bloom’s Taxonomy of Learning Domains,
The Three Types of Learning – Big Dog & Little Dog Performance
Juxtaposition. from
http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html, diakses tanggal 14 Oktober 2016
Bloom’s
Taxonomy–Emerging Perspectives on Learning,
Teaching and Technology, from
http://projects.coe.uga/epitt/?title=Bloom_taxonomy, diakses tanggal 14 Oktober
2016.
Bloom’s Taxonomy–Wikipedia, the free encyclopedia. from
http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom, diakses
tanggal 13 Oktober 2016.
Bloom's
Taxonomy [image].(2008),from:
http://www.thecaepepreschool.com/bloomspop.html, diakses tanggal 13 Oktober
2016.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK
Gagne, Robert. 1983. The Condition of Learning. Japan: Holt
Saunders.
Gredler.M.E. 2011. Learning and Instruction edisi keenam.
Jakarta:Kencana
Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta:
P2LPTK.
Ismail. 1998. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. (Modul UT) Jakarta:
Dekdikbud.
Revisi
Taksonomi Bloom atau Revised Bloom Taxonomy, dari
http://www.hilman.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom, diakses
tanggal 14 Oktober 2016
Seifert, Kelfin. 2012. ManajemenPembelajaran Dan Instruksi
Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD
Taksonomi
Bloom. Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi Bloom
diakses tanggal 14 Oktober 2016
terimakasih ilmunya ijin share yaa
ReplyDelete