Monday, January 16, 2017

Taksonomi Hasil Belajar Menurut Bloom, Gagne, Dan Merril



TAKSONOMI HASIL BELAJAR
MENURUT BLOOM, GAGNE, DAN MERRIL


Mohammad Syamsul Anam
Wasis D. Dwiyogo


Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Universitas Negeri Malang



ABSTRAK: Taksonomi dalam pendidikan, dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Taksonomi Bloom direvisi tetapi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Teori belajar Gagne termasuk dakam psikologi tingkah laku atau psikologi stimulus respon. Kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar disebut kapabilitas. Merrill lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi: berisikan (a) Fakta, b) Konsep-simbol, (c) Prosedur-satu set langkah memerintahkan, (d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau hubungan. (2) Kinerja, Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat (b) aplikasi (c) Menemukan/menggeneralisasikan

Kata kunci: Taksonomi, Blom, Gagne, Merril.


PENDAHULUAN
Pendidikan secara umum merupakan kebutuhan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan sebuah tuntunan, yang bermanfaat bagi kehidupan yang dapat membantu tumbuhnya anak-anak dan mengarahkan membawa kekuatan yang ada pada anak, agar menjadi manusia dan anggota masyarakat yang memiliki kepribadian moral dan watak yang baik atau tingkah laku yang akhlakul karimah sehingga menjadi manusia yang berkualitas.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap (Gredler,1991:1). Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol susu dan mengenal ibunya. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan  jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat
Pada pembuatan atau penyusunan sebuah kurikulum pendidikan dan pembelajaran yang terdiri dari Term of Reference  (TOR), Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) maupun Satuan Acara Pembelajaran (SAP) dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang sulit, untuk menentukan content materi yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Masalah biasanya timbul ketika mencari kesepakatan mengenai pemilihan taksonomi atau klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan yang dipergunakan. Kadang pemilihan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator pencapaian dalam GBPP tersebut dirasakan kurang pas.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Maka dari itu penulis ingin memaparkan beberapa materi mengenai taksonomi menurut Bloom, Gagne, dan Merril sebagai salah satu dasar untuk menyusun sebuah kurikulum pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan karateristik peserta didik.

PEMBAHASAN
Taksonomi
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu  tassein  yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan dalam belajar.

Taksonomi Bloom
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia mendirikan The International Association For The Evaluation Of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA) program pada University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and Development Committees of the College Entrance Examination Board dan The President  of the American Educational Research Association. Blom meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan  kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun  di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hafalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hafalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan  keterampilan berpikir. Ranah Kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6)  evaluation (penilaian).

Gambar 1 : Skema Ranah Kognitif Taksonomi Bloom

Level Taksonomi ini digambarkan dalam bentuk piramida berikut: Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.

Tabel 1 : Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
RANAH KOGNITIF
No
Kategori
Penjelasan
Kata Kerja Kunci
1
Pengetahuan
Kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali
Contoh: menyatakan kebijakan.
Mendefinisikan, menyusun daftar, menamai, menyatakan, mengidentifikasika, mengetahui, menyebutkan, membuat rerangka, menggaris bawahi, menggambarkan, menjodohkan, memilih
2
Pemahaman
Kemampuan memahami 
instruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran
Menerangkan, menjelaskan , menguraikan, membedakan, menginterpretasikan, merumuskan, memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah, memberi contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan, merangkum
3
Penerapan
Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru
Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.
Menerapkan, mengubah, menghitung, melengkapi, menemukan. membuktikan, menggunakan, mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan, menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan, menghasilkan.
4
Analisa
Kemampuan memisahkan
konsep kedalam beberapa
komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas
dampak komponen – komponen terhadap konsep tersebut secara utuh. 
Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.
Menganalisa, mendiskriminasika, membuat skema /diagram, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan, menunjukan hubungan antara variabel, memilih, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan, mempertentangkan.
5
Sintesa
Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen- komponen dalam rangka menciptakan arti/ pemahaman/ struktur  baru.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber
Mengkategorikan mengkombinasika, mengatur memodifikasi, mendisain, mengintegrasikan,  mengorganisir, mengkompilasi, mengarang, menciptakan, menyusun kembali, menulis kembali, merancang, merangkai, merevisi, menghubungkan, merekonstruksi, menyimpulkan, mempolakan
6
Evaluasi
Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.
Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.
Mengkaji ulang, membandingkan,
menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan, mempertentangkan menjustifikasi, mempertahankan, mengevaluasi, membuktikan, memperhitungka, menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi, melengkapi, menemukan
(Sumber: Retno Utari)

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks.

Tabel 2 : Ranah Afektif Taksonomi Bloom
RANAH AFEKTIF
No
Kategori
Penjelasan
Kata Kerja Kunci
1
Penerimaan
Kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain
Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama
seseorang
menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / mengendalikan diri, mengidentifikasi, memperhatikan, menjawab.
2
Responsif
Kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.
Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas
Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi, menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih, menyajikan, mempresentasikan, melaporkan, menceritakan, menulis, menginterpretasikan, menyelesaikan,
mempraktekkan.
3
Nilai yang dianut
(Nilai diri)
Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.
Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.
Menunjukkan, mendemonstrasikan, memilih, membedakan, mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk, berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai, menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan, menginterpretasikan, membenarkan, menolak, menyatakan/mempertahankan pendapat,
4
Organisasi
Kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan  perbedaan nilai.
Contoh:  Menyepakati dan mentaati  etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur, mengidentifikasikan, mengkombinasikan, mengorganisisr, merumuskan, menyamakan, mempertahankan,  menghubungkan, mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan, menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, menyusun, menyempurnakan, menyatukan pendapat, menyesuaikan, melengkapi, membandingkan, memodifikasi
5
Karakterisasi
Kemampuan mengendalikan
perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social.
Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok
Melakukan, melaksanakan, memperlihatkan membedakan, memisahkan, menunjukkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, mempraktekkan, mengusulkan, merevisi, memperbaiki, membatasi, mempertanyakan, mempersoalkan, menyatakan, bertindak, Membuktikan, mempertimbangkan.
(Sumber: Retno Utari)

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik  dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada 6 kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

Tabel 3 : Ranah Psikomotor Taksonomi Bloom
RANAH AFEKTIF
No
Kategori
Penjelasan
Kata Kerja Kunci
1
Persepi
Kemampuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikan nya dalam memperkirakan sesuatu
Contoh: menurunkan suhu AC saat  merasa suhu ruangan panas
Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih, menghubungkan, menggambarkan, mengidentifikasi, mengisolasi, membedakan menyeleksi,.
2
Kesiapan
Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.
Memulai, mengawali, memprakarsai, membantu, memperlihatkan mempersiapkan diri, menunjukkan, mendemonstrasikaan.
3
Reaksi yang diarahkan
Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji coba.
Contoh: Mengikuti arahan
dari instruktur.
Meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, mempraktekkan, mengerjakan, membuat, memperlihatkan, memasang, bereaksi, menanggapi.
4
Reaksi natural
(mekanisme)
Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan ahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa melakukan tugas rutinnya.
Contoh: menggunakan
computer
Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit, mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mempertajam, menangani.
5
Reaksi yang kompleks
Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat,  tanpa ragu.
Contoh: Keahlian bermain piano.
Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit, mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mencampur, mempertajam, menangani, mngorganisir, membuat draft/sketsa, mengukur
6
Adaptasi
Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi polasesuai dengan yang dbutuhkan,
Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.
Mengubah, mengadaptasikan, memvariasikan, merevisi, mengatur kembali, merancang kembali, memodifikasi.
(Sumber: Retno Utari)

Revisi Taksonomi Blom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan  kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: (1) Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. (2) Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada level 1,  knowledge diubah menjadi remembering (mengingat). Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami). Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan). Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis). Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan  perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta). Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating (menilai).
Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level:  remembering (mengingat), understanding  (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Perubahan  istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan sebagai berikut: 

Gambar 2 : Skema Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut: (1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu. (2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu. (3) Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu. (4) Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu. (5) Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan,  menganalisis dan mengevaluasi.
Saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude (sikap) juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif  yang difokuskan pada knowledge. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: (1) Tentukan tujuan pembelajaran. (2) Tentukan kompetensi  pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata pelajaran, dan peserta didik. (3) Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi pembelajaran. (a) Ranah kognitif  : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat. (b) Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut, Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme), Adaptasi,  Reaksi yang kompleks Kreativitas. (c) Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan Karakterisasi. (4) Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi, baik pada tujuan program pelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian. (5) Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah  kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel.

Taksonomi Gagne
Selama ini kita merumuskan kompetensi dasar berdasarkan taksonomi Bloom dengan tiga domainnya, yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Padahal Gagne mengembangkan pula tujuan-tujuan belajar yang dikenal dengan taksonomi Gagne.
Menurut Gagne tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar. Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.
Kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk suatu piramida. Misalnya seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya apabila tidak terlebih dahulu mengerjakan tugas a dan b. Piramida tersebut digambarkan sebagai berikut :

Akan tetapi untuk menyelesaikan tugas a seseorang mesti menyelesaikan tugas c dan d terlebih dahulu, sedangkan untuk tugas b, seseorang itu harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas e, f, dan g. Agar lebih jelas, perhatikanlah gambar berikut:

Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut : (1) Informasi verbal, Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh, siswa dapat menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. (2) Keterampilan Intelektual, Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan masalah. (a) Belajar Isyarat, Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Contoh yang lain, misal pada suatu kelas yang diberikan pelajaran geometri, seorang anak yang tak dapat mengerjakan soal geometri tersebut dicemoohkan oleh guru. Karena cemoohan guru tersebut anak tidak dapat menyenangi pelajaran matematika. (b) Belajar stimulus respon, Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian diiringi respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara stimulus dan respon. Misalnya siswa menirukan guru menyebutkan persegi setelah  gurunya menyebutkan persegi; siswa mengumpulkan benda persegi setelah disuruh oleh gurunya. (c) Belajar rangkaian gerak, Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama. Sebagai contoh, misalnya seorang anak akan menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang jari-jarinya diketahui. Untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi melakukan beberapa langkah terurut yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan tersebut terdiri dari rangkaian stimulus respon, dengan langkah-langkah sebagai berikut : anak memegang sebuah jangka, meletakkan salah satu ujung jangka pada sebuah titik yang telah ditentukan menjadi pusat  lingkaran tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi, setelah itu meletakkan ujung jangka lainnya sesuai dengan panjang jari-jari, lalu memutar jangka tersebut. (d) Belajar rangkaian verbal, Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka pada belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan stimulus respon yang kedua, yang memungkinkan anak tersebut menamai benda yang diamati tersebut. Contoh dalam matematika, seorang anak mengamati sebuah segi empat tegak yang keempat sisi-sisinya sama panjang, maka nama segi tersebut adalah persegi. (e) Belajar memperbedakan, Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan yaitu memperbedakan tunggal dan memperbedakan jamak. Contoh memperbedakan tunggal. “siswa dapat menyebutkan segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas garis”. Contoh memperbedakan jamak, siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar sudut yang paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, sementara pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu pula dengan besar sisi-sisinya. (f) Belajar Pembentukan Konsep, Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk memahami konsep persegipanjang anak mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya persegi  panjang), papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya persegipanjang) dan sebagainya. Untuk  hal-hal tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar memperbedakan. Belajar memperbedakan menginginkan anak dapat membedakan objek-objek berdasarkan karakteristiknya yang berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat mengklasifikasikan objek-objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik sama. (g) Belajar Pembentukan Aturan, Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau sifat-sifat. Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai contoh, terdapat sebuah segitiga dengan sisi siku-sikunya berturut-turut mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm. Guru meminta anak untuk menentukan panjang sisi miringnya. Untuk menghitung panjang sisi miringnya, anak memerlukan suatu aturan Pythagoras yang berbunyi “pada suatu segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya”. Dengan menggunakan aturan di atas diperoleh 32 + 42 = 25 = 52, jadi panjang sisi miring yang ditanyakan adalah 5 cm. (h) Belajar memecahkan masalah (problem solving), Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah, mencari selisih kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah dan selisihnya. (3) Strategi Kognitif, Kapalilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah matematika. (4) Sikap, Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seseorang memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya sikap terhadap matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika atau buku yang lain selain buku matematika. (5) Keterampilan Motorik, Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya kemampuan menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
Berdasarkan uraian tentang kapabilitas dapat ditegaskan bahwa ada lima ragam belajar yaitu informasi verbal yang menyatakan informasi, kemampuan intelektual merespon situasi yang berbeda dengan memanipulasi simbol seperti huruf, angka, rumus, dan kata. Seifert (2012:128) menyatakan dalam teori Gagne melalui metode kerja kelompok bentuk kecakapan intelektual paling kongkrit adalah kecakapan belajar memperbedakan: membedakan obyek dari ciri-ciri nyata obyek tersebut. Jenis ketiga dari belajar kognitif adalah strategi kognitif. Obyek dari proses pemikiran pemelajar itu sendiri. Strategi kognitif membantu siswa mengelola belajar mereka serta ingatan dan pemikiran mereka. Sikap merupakan kaitan antar keadaan-keadaan akan memengaruhi perilaku tetapi secara tidak langsung menentukan kinerja unjuk tindak, menunjukkan sikap pada siswa tindakan apa yang tidak efektif. Jenis kelima, keterampilan motorik mengacu pada tindakan fisik yang baru dipelajari yang tidak bisa dilakukan sebelum belajar, seperti memberi serve dalam permainan tenis.

Tahapan Belajar Menurut Gagne
Sembilan tahap belajar disajikan dalam tabel 2 yang dikategorikan dalam tiga tahapan umum: a) persiapan belajar; b) akuisisi dan kinerja yang merupakan peristiwa inti di dalam mempelajari kapabilitas baru dan c) transfer belajar yang memberikan aplikasi untuk kapabilitas baru di dalam konteks yang baru.
Persiapan belajar bertujuan mempersiapkan diri untuk belajar termasuk di dalamnya adalah memerhatikan stimuli untuk belajar (dapat berupa tulisan, ucapan gambar, atau model manusia), membangun harapan ke arah tujuan belajar, dan mengambil informasi yang relevan dan/atau keterampilan dari ingatan jangka panjang untuk dimasukkan ke ingatan jangka pendek. Biasanya tahapan ini hanya butuh waktu beberapa menit. Pentingnya harapan karena memengaruhi pemilihan hasil yang tepat disetiap tahapan pemrosesan informasi selanjutnya. Misalnya, jika seseorang ingin belajar cara mencari besaran resistansi dalam sirkuit listrik, karakteristik sirkuit listrik yang relevan dengan tujuan itu akan diproses dan yang lainnya akan diabaikan (Gagne dalam Gredler 2011: 185).
Mengambil kapabilitas yang relevan dari ingatan jangka panjang adalah juga penting untuk proses belajar baru. Dalam mempelajari konsep segitiga, misalnya anak harus pertama-tama mengingat bahwa bentuk bersisi tiga berbeda dengan bentuk geometris lainnya (belajar membedakan).

Tabel 4 :Ringkasan Sembilan Tahapan Belajar dalam Teori Gagne
Deskripsi
Tahapan
Fungsi
Persiapan belajar
1.     Memerhatikan



2.     Harapan


3.     Pengambilan kembali (informasi yang relevan dan/atau keterampilan) untuk dibawa ke ingatan kerja

Memberi peringatan bagi
pemelajar terhadap adanya stimulus

Mengorientasikan pemelajar pada tahap belajar

Memberi ingatan tentang
kapabilitas yang diperlukan

Akuisisi Dan kinerja

4.     Perspektif selektif terhadap ciri stimulus



5.     Pengkodean semantik



6.     Pengambilan kembali dan respons




7.     Penguatan

Memungkinkan penyimpanan stimulus penting secara temporer di dalam ingatan kerja

Transfer ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang

Mengembalikan informasi yang tersimpan ke peng-gerak
respons individual dan mengaktifkan respons

Mengkonfirmasi harapan
pemelajar tentang tujuan
belajar
Transfer belajar

8.     Pengambilan petunjuk




9.     Kemampuan generalisasi
Memberikan petunjuk
tanbahan untuk pengingatan kapabilitas di waktu mendatang

Memperkaya transfer belajar ke stimulus baru

Sumber: Gredler (2011:186)

Akuisisi dan kinerja yang dirujuk sebagai fase inti dari belajar terdiri dari empat tahap yaitu tahap persepsi selektif, pengkodean semantik, pengambilan kembali, dan respons serta penguatan. Dari tahap ini menurut Gagne dalam Gredler (2011:186) pengkodean adalah tahap sentral penting dalam belajar. Tanpa pengkodean, belajar tidak akan terjadi.
Kode yang disimpan dapat berupa konsep, proposisi, atau beberapa
organisasi informasi bermakna lainnya. Dalam mempelajari konsep segitiga misalnya, anak mengodekan berbagai macam contoh segitiga dengan tekstur dan warna yang berbeda-beda. Tetapi untuk keterampilan motorik, pemelajar mengodekan gambar visual dari keterampilan itu dan melakukan aktivitas rutin yang dibutuhkan untuk melakukan bagian dari kinerja. Kegiatan inti dari belajar diakhiri dengan kinerja atau konfirmasi belajar baru. Jika anak belajar konsep segitiga, dia akan mengidentifikasi contoh segitiga dengan beragam ukuran, warna, dan material. Untuk keterampilan motorik, siswa menunjukkan kinerja fisiknya.
Langkah selanjutnya adalah tanggapan terhadap prestasi tujuan belajar. Arti penting dalam tanggapan menurut Gagne dalam Gredler (2011:187) adalah diambil dari konsep penguatan Estes (1972) yakni tanggapan memperkuat pemelajar ketika ia mengkonfirmasikan bahwa tujuan telah tercapai atau telah dikuasai. Dengan kata lain tanggapan memperoleh daya penguat dengan mengonfirmasi harapan pemelajar.
Transfer belajar. Belajar yang baru tidak boleh dibatasi hanya pada situasi yang diperkenalkan dalam pembelajaran inti. Tahapan terakhir dari belajar mencakup kesempatan untuk mengaplikasikan aktivitas belajar ini ke dalam situasi baru dan mengkonstruksi petunjuk tambahan untuk diingat kembali kelak. Kemampuan untuk menggeneralisasikan ke situasi baru ini juga dikenal sebagai transfer lateral. Misalnya pemelajar harus dapat menunjukkan segitiga di dalam suatu gambar geometris dan menggambar segitiga di selembar kertas.
Dari uraian mengenai tahapan belajar dalam teori Gagne, dapat diambil
kesimpulan pada awalnya pemelajar harus memerhatikan stimuli untuk belajar, membangun harapan terhadap tujuan belajar, dan mengambil informasi yang relevan dan/atau keterampilan dari ingatan jangka panjang. Dalam peristiwa inti belajar, pemelajar secara selektif memahami informasi yang relevan di dalam lingkungan, mengodekan informasi ke dalam ingatan jangka panjang (kegiatan penting dalam belajar), dan kemudian mengambil kembali kode itu dan melakukan respons. Kemudian umpan balik tentang pencapaian tujuan akan memperkuat pemelajar denngan mengonfirmasikan harapannya. Pemelajar mengakhiri proses dengan pengaplikasian belajar baru itu dalam konteks dan situasi baru. Tahapan ini juga melahirkan petunjuk tambahan untuk pengingatan kapabilitas di masa depan.

Taksonomi Merrill
Dr, Merrill meraih gelar MBA dari Brigham Young University pada tahun 1961, gelar Ph.D dari University of Illinois pada tahun 1964. Dia telah menulis 12 buku dan banyak artikel, laporan teknis, dan buku. Dia bergabung dengan fakultas di Utah State University tahun 1987 dan terus melakukan penelitian di sana. yang paling terkenal kontribusi Merrill untuk merancang pembelajaran adalah Component Display Theory (CDT) yang didasarkan pada asumsi yang sama seperti yang teori Gagne, bahwa kelas yang berbeda dari hasil pembelajaran memerlukan prosedur yang berbeda untuk mengajar dan penilaian.
M. David Merrill Component Display Theory (CDT) (1983) menggambarkan unsur-unsur mikro instruksi (ide tunggal dan metode untuk mengajar mereka). CDT terdiri dari tiga bagian: (1) Sebuah kinerja / isi dimensi terdiri dari tingkat kinerja yang diinginkan siswa dan jenis konten. (2) Empat bentuk presentasi primer. (3) Satu set resep yang berkaitan tingkat kinerja dan jenis konten ke bentuk presentasi.
Merrill lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi: yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip. Konten berkisar dari fakta-fakta, yang merupakan bentuk yang paling dasar konten, prinsip-prinsip. Ini adalah informasi yang aktual untuk dipelajari. Empat jenis konten dalam teori tampilan komponen: (a) Fakta, secara logis terkait potongan informasi. Beberapa contoh adalah nama, tanggal, dan peristiwa.(b) Konsep-simbol, peristiwa, dan benda-benda yang memiliki karakteristik dan ditunjukkan oleh nama yang sama. Konsep membuat sebagian besar bahasa dan pemahaman mereka merupakan bagian integral komunikasi. (c) Prosedur-satu set langkah memerintahkan, sequencing untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. (d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau hubungan. Mereka menjelaskan atau memprediksi mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu. (2) Kinerja, terdiri dari mengingat, menggunakan, dan generalisasi. Kinerja diklasifikasikan dengan mengingat sebagai bentuk yang paling sederhana kinerja, untuk menemukan (yang umum) yang paling maju. Kinerja adalah cara di mana pelajar menerapkan konten. Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat : pelajar diperlukan untuk mencari dan mengambilnya dari memori item tertentu dari informasi, atau memori dan mengingat informasi konten (b) Menggunakan/aplikasi: pelajar langsung menerapkan informasi untuk kasus tertentu, atau di mana siswa dipanggil untuk menunjukkan beberapa penggunaan praktis untuk konten. (c) Menemukan/menggeneralisasikan: pelajar menggunakan informasi untuk memperoleh abstraksi baru (konsep, prinsip, dll), atau  di mana siswa menggunakan informasi yang induktif untuk menghasilkan sebuah abstraksi baru, konsep, atau prinsip.Dengan membentuk matriks menggunakan dua dimensi isi dan kinerja, instruktur menentukan elemen-elemen pada matriks adalah tujuan untuk pelajar.

KESIMPULAN
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Revisi Taksonomi Bloom hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: (1) Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. (2) Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada level 1,  knowledge diubah menjadi remembering (mengingat). Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami). Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan). Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis). Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan  perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta). Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating (menilai).
Teori belajar Gagne termasuk dakam psikologi tingkah laku atau psikologi stimulus respon. Kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar disebut kapabilitas. Selanjutnya menurut Gagne ada 5 kapabilitas, yaitu: (1) Informasi Verbal (2) Intelektual  (3) Strategi Kognitif  (4) Sikap (5) Keterampilan Motorik. Khusus untuk kapabilitas intelektual, Gagne membaginya menjadi delapan tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah.
Merrill lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi: (1) Konten/isi: berisikan (a) Fakta, b) Konsep-simbol, (c) Prosedur-satu set langkah memerintahkan, (d) Prinsip-bekerja melalui baik dan efek penyebab atau hubungan. (2) Kinerja, Ketiga jenis kinerja adalah: (a) Mengingat (b) Menggunakan / aplikasi (c) Menemukan / menggeneralisasikan.

SARAN
Teori-teori belajar diatas dimaksudkan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kita harus memperhatikan tingkatan yang dimulai dari yang mudah menuju yang sulit, hal itu sudah tercangkup dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Maka dari itu kita sebagai calon pendidikak hal tersebut harus kita pahami dan di mengerti agar tujuan belajar menjadi jelas.






DAFTAR RUJUKAN

Bell, Fredrick. 1978. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School). Iowa: Brown Company Publisher.
Benjamin Bloom. New World Encyclopedia, from http://newworldencyclopedia.org/entry/Benjamin_diakses tanggal 13 Oktober 2016.
Berbagi Ilmu-Taksonomi Bloom, dari http://endang965.wordpress.com/2009/03/18/taksonomi-bloom, diakses tanggal 13 Oktober 2016.
Bloom’s Taxonomy of Learning Domains, The Three Types of Learning – Big Dog & Little Dog Performance Juxtaposition. from http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html, diakses tanggal 14 Oktober 2016
Bloom’s Taxonomy–Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology, from http://projects.coe.uga/epitt/?title=Bloom_taxonomy, diakses tanggal 14 Oktober 2016.
 Bloom’s Taxonomy–Wikipedia, the free encyclopedia. from http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom, diakses  tanggal 13 Oktober 2016.
Bloom's Taxonomy [image].(2008),from: http://www.thecaepepreschool.com/bloomspop.html, diakses tanggal 13 Oktober 2016.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK
Gagne, Robert. 1983. The Condition of Learning. Japan: Holt Saunders.
Gredler.M.E. 2011. Learning and Instruction edisi keenam. Jakarta:Kencana
Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK.
Ismail. 1998. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. (Modul UT) Jakarta: Dekdikbud.
Revisi Taksonomi Bloom atau Revised Bloom Taxonomy, dari http://www.hilman.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom, diakses tanggal 14 Oktober 2016
Seifert, Kelfin. 2012. ManajemenPembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD
Taksonomi Bloom. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi Bloom diakses tanggal 14 Oktober 2016



1 comment: