PELAKSANAAN
PENDIDIKAN
JASMANI DAN OLAHRAGA
Mohammad Syamsul Anam
Jurusan
Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Matakuliah
Dasar Dasar Pendidikan Olahraga
Universitas
Negeri Malang
Email: Syamsulanam42@gmail.com
Abstrak:
Pendidikan Jasmani merupakan
bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan melalui
berbagai aktivitas jasmani (fisik). Salah satu masalah utama pendidikan jasmani
di Indonesia hingga saat ini adalah belum efektifnya pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah sebagai akibat dari posisi yang semakin terpinggirkan. Menyamaratakan
mengenai konsep dasar pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari
kalangan Guru SD sampai Guru SMA.
Kata Kunci: Pelaksanaan,
Pendidikan Olahraga, Kondisi saat ini.
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah upaya yang sada terencana untuk mengembangkan potensi atau membentuk
karakter siswa siswi khususnya pada nilai nilai moral. Menurut Suryadi
(2010:407) menyatakan bahwa “pendidikan pada hakekatnya memiliki dua fungsi
yaitu membantu warga masyarakat agar menjadi cerdas (smart) dan membantu mereka agar menjadi baik dak berkarakter (good). Sebagai salah satu komponen
pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani memiliki peran
yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani
tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan fisik anak, melainkan juga
perkembangan mental, intelektual, emosional, dan sosialnya.
Pendidikan
olahraga di Indonesia juga merupakan pendidikan yang dilaksanakan melalui jalur
formal dan informal melalui kegiatan intra maupun ektrakurikuler dibimbing oleh
guru dan dibantu oleh tenaga keolahragaan serta didukung sarana dan prasarana
yang memadai. Pendidikan jasmani sebagai rangkaian isi kurikulum sekolah
bukanlah tanpa alasan. Pendidikan jasmani dirancang secara sistematis untuk
membekali siswa/peserta didik menjadi manusia yang lengkap dan utuh. Pendidikan
tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa
media gerak. Karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi
manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Menurut Lumpkin
(2010:4) “Physical education is defined
as a process through which an individual obtains optimal phsyical, mental,
social, and fitness skills through physical activity”. Maksudnya adalah
pendidikan jasmani sebagai proses hingga seorang individu memperoleh fisik yang
optimal, mental, sosial, dan kebugaran melalui aktivitas fisik. Sehingga
jasmani dan rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul
istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Makna
penting pendidikan jasmani serta manfaatnya bagi pengembangan kepribadian
manusia rasanya tidak perlu dipersoalkan. Justru yang menjadi masalah adalah
apakah pendidikan jasmani sebagai faktor penting pembentukan manusia seutuhnya
telah ditempatkan secara proporsional ? Apakah pelaksanaan pendidikan jasmani
di sekolah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan jasmani
? Apakah dalam implementasinya telah didukung oleh sumberdaya yang memadai?
Apakah pembelajaran yang telah, dilakukan mampu mengembangkan individu secara
utuh ?
PEMBAHASAN
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sebagai bagian
integral dan merupakan alat pendidikan baik pada proses maupun tujuannya. Salah
satunya dikutip Rusli Lutan sebagai berikut “pendidikan jasmani adalah bagian
integral dari pendidikan melalui aktifitas jasmani yang bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan
emosional.” Pada hakekatnya; “pendidikan jasmani adalah sebagai proses
pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas
jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan” (Rusli Lutan
: 7:1995-1996). Menurut Mu’arifin (2009:21) Di sekolahan, matapelajaran yang
berkaitan dengan olahraga adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
(Dikjasorkes). Mata pelajaran itu bedasarkan konsep yang berasal dari kata physical education. Walau yang dididik
adalah fisiknya, bukan berarti sebagai education
of body, melainkan pendidikan yang mengenai dan meliputi seluruh aspek
kepribadian siswa.
Bhucer
(1989:13) ”Physical education an integral part of the total education process, is
a field of endeavor that has as its aim the improvement of human performance
through the medium of physical activities that have been selected with a view
to realizing this outcome” maksudnya adalah pendidikan jasmani, merupakan
bagian integral dari proses pendidikan total, adalah bidang usaha yang memiliki
tujuan peningkatan kinerja manusia melalui media kegiatan fisik yang telah
dipilih dengan maksud untuk mewujudkan hasil. Lumpkin (2010:4) “Physical education is defined as a process
through which an individual obtains optimal phsyical, mental, social, and
fitness skills through physical activity”. Maksudnya adalah pendidikan
jasmani sebagai proses hingga seorang individu memperoleh fisik yang optimal,
mental, sosial, dan kebugaran melalui aktivitas fisik.
Kesimpulanya
adalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktifitas
fisik yang bertujuan mengoptimalkan seluruh fungsi tubuh dan memfokuskan gerak
sebagai media utama untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Sehingga jasmani
dan rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul istilah
yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Setelah
mengetahui makna dari pendidikan jasmani, selanjutnya tujuan pendidikan
jasmani. Menurut Abdullah & Manadji (1994:3) tujuan pendidikan jasmani
adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.
Bucher & Charles (1983:57)“The
intructional program is physical education is the place to teach skills,
strategies, understandings, and essential knowlege concerning the relation of
physical activity to physical”. Maksudnya adalah Pendidikan
jasmani merupakan program instruksional yaitu tempat untuk melatih kemampuan, strategi, pemahaman, dan
esensi pengetahuan yang
berfokus pada hubungan kegiatan
jasmani terhadap fisik.
Menurut
Buck, Lund, Harrison & Cook (2007:15)“Physical
education is the study, pactice, and appreciation of the art and science of
human movement. it is a part of the total process of education”Maksudnya
adalah pendidikan jasmani adalah studi, praktek, dan apresiasi terhadap seni
dan ilmu gerakan manusia. itu adalah bagian dari proses total pendidikan.
Kesimpulannya
adalah pendidikan jasmani merupakan suatu program pendidikan
memalui aktifitas fisik
yang bertujuan membentuk seorang individu
memperoleh fisik, mental,
sosial, dan kebugaran jasmani
yang optimal, karena pendidikan jasmani menawarkan gerak sebagai media utama dalam proses
pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani di klasifikasikannya dalam lima aspek, yaitu
(1) perkembangan kesehatan, jasmani atau organ organ tubuh, (2) perkembangan
mental emosional, (3) perkembangan neuromuskuler, (4) perkembangan sosial, (5)
perkembangan intelektual (Bucher, 1983:45).
Pendidikan
dapat dikatakan berhasil dan sukses apabila semua komponen memenuhi standar.
Seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah dalam Sistem Pendidikan
Nasional BAB IX tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. 2) Standar
nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pembangunan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. 3) Pengembangan
standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan
(permendiknas, no.24 th. 2007).
Guru
pendidikan jasmani dan olahraga disini sebagai pendidik yang harus memiliki
klasifikasi yang memadai dalam mlaksanakan dan menerapkan pendidikan jasmani di
sekolahan agar nantinya mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani dan
olahraga. Deskripsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39
yang menyebutkan bahwa: 1) Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,
pamong belajar, pengawas, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber
belajar, 2) Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan
tinggi.
Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Sekarang
Pendidikan
jasmani di sekolah di Indonesia masih kurang menggembirakan indikatornya antara
lain adanya kecenderungan semakin menurunnya tingkat kesegaran jasmani siswa
dan rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani. Munculnya
persepsi yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan posisi pendidikan
jasmani cukup dilematis sehingga memunculkan permasalahan yang lebih krusial.
Salah
satu masalah utama pendidikan jasmani di Indonesia hingga dewasa ini adalah
belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sebagai akibat dari
posisi yang semakin terpinggirkan (Cholik Mutohir, 1996a; 1996b). Itu juga didukung dengan hasil
penelitian Pranawati & Tuasikal (2014:659) Proses Belajar Mengajar mata
pelajaran Penjasorkes di SMP sasaran Kota Mojokerto sudah dilakukan sesuai
kurikulum 2013, meskipun belum sepenuhnya dapat
berjalan dengan baik.
Rendahnya
kualitas pembelajaran pendidikan jasmani mulai sekolah dasar sampai sekolah
lanjutan telah dikemukakan dan terungkap secara kasat mata. Secara umum,
kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah terbatasnya
kemampuan guru pendidikan jasmani dan sumber-sumber yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran. Terbatasnya jumlah guru pendidikan jasmani yang
ada di Sekolah Dasar hingga sekolah lanjutan juga merupakan kendala yang sampai
sekarang belum bisa teratasi.
Rendahnya
mutu dan jumlah guru pendidikan jasmani di sekolah pada gilirannya melahirkan
ketidakmampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Mereka
belum berhasil melaksanakan misinya untuk mendidik siswa secara sistematik
melalui program pendidikan jasmani yang semestinya dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual. Hal ini amat terasa pada guru
pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena mereka pada umumnya adalah guru
kelas yang secara formal tidak mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam
mengelola pendidikan jasmani.
Berkaitan
dengan Standar Nasional Pendidikan, Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes)
sangat berperan dalam kemajuan suatu negara karena penjasorkes sudah menjadi bagian
dari pendidikan secara umum. Kemajuan penjasorkes di sekolah dapat dilihat dari
4 (empat) aspek yang meliputi tentang (1) ketersediaan sarana dan prasarana
olahraga, (2) ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, (3) hasil kerja kurun 1 tahun lalu, (4) prestasi dan
penghargaan 1 tahun terakhir.
Model
praktik pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh guru cenderung
tradisional, dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir tidak pernah
dilakukan atas inisiatif anak sendiri. Di samping itu, anak sering dianggap sebagai "orang
dewasa kecil" yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Guru
mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan
aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi dapat diramalkan
bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaran
tergolong rendah.
Bedasarkan
Hasil Penelitian Hadi (2013) Survei Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan
Pada Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA Negeri Se-Kecamatan Karangan Kabupaten
Trenggalek sebagai berikut: 1) Untuk tingkat sekolah dasar negeri se-kecamatan
Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat rata-rata nilai 598 sehingga mendapat
kategori “C” (cukup). Untuk tingkat sekolah menengah pertama negeri
se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai rata-rata 677 sehingga mendapat
kategori “B” (baik), 2) Untuk tingkat sekolah menengah atas negeri se-kecamatan
Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai rata-rata 755 sehingga mendapat
kategori “B” (baik), 3) Jadi pada tingkat SD, SMP, SMA negeri se-kecamatan
Karangan termasuk dalam kategori baik dan cukup. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani dan olahraga di daerah tersebut perlu ditingkatkan agar
mencapai tingkatan baik secara menyeluruh.
Solusi Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Berangkat
dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan mengenai menyamaratakan konsep dasar
pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari kalangan Guru SD sampai Guru
SMA. Karena pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan keterampilan
jasmani, tetapi masih banyak mereka (guru) yang tidak memahami bahwa pendidikan
jasmani juga mengembangkan keterampilan sosial (social skill), emosional, dan intelektual. Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi
kelemahan dan kekurangannya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan
keunggulannya. Pemahaman dan penilaian yang demikian sudah barang tentu tidak
benar. Bila dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari
sekedar mengembangkan keterampilan berolahraga. Pengajaran yang baik tersebut
melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari
oleh siswa melalui partisipasinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual,
emosional, dan bukan aktivitas olahraga semata. Pendidikan jasmani yang
merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakikatnya adalah proses
pendidikan dimana tarjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan
manusia seutuhnya.
Sebagai
upaya meningkatkan mutu dari guru pendidikan jasmani khususnya di sekolahan
dasar seharusnya yang pertama yaitu; (1) posisikan Guru di sekolahan dasar
memang benar benar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya yaitu sarjana
pendidikan jasmani dan kesehatan. Karena pada tingkatan sekolah dasar
pendidikan jasmani merupaka pendidikan yang penting dalam membangun pondasi
karakter siswa khususnya psikomotor ketrampilan gerak dan sikap. (2) jika
keadaanya darurat mengenai jumlah guru dan terpaksa memberikan tanggung jawab
pendidikan jasmani di limpahkan ke Guru kelas, sebaiknya pihak sekolahan
berkordinasi dengan dinas terkait memberikan sebuah penyuluhan atau hal yang
sama untuk meningkatkan kemampuan dan kualifikasi sebagi guru pendidikan
jasmani, karena pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang vital.
Depatemen
Pendidikan, telah mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya memperbaiki
model pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, terutama sekolah dasar. Upaya
tersebut ditempuh antara lain dengan mengintroduksi sebuah pendekatan
pembelajaran yang disebut modifikasi olahraga. Gerakan ini mengarah pada
pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai bagi siswa di
sekolah. Kemudian penyisipan multimedia dalam pembelajarannya, hal tersebut
agar dapat menciptakan suasanya belajar yang menarik dan tidak membosankan.
Kebijakan diambil untuk mengatasi kekurangan sarana dan prasarana baik didaerah
maju maupun daerah yang tertinggal.
Saran
dari penelitian Hadi (2013) adalah sebagai berikut : 1) Tenaga pendidik
penjasorkes hendaknya dari guru penjasorkes yang memiliki kualifikasi akademik
pendidikan dari pendidikan olahraga, agar dapat memberikan materi penjasorkes
pada siswa dengan maksimal. 2) kurangnya beban mengajar guru per minggu harus ditambah,
untuk status guru penjasor juga perlu diperhatikan, untuk kegiatan
ekstrakurikuler belum ada perhatian lebih. 3) Kurangnya prestasi yang dicapai dari guru penjas yang menjadi faktor
lemahnya SDM dalam peningkatan mutu Penjasor di sekolahan tersebut, oleh sebab
itu akses siswa dalam mencapai prestasi di bidang penjasor menjadi kurang
maksimal. Jadi guru penjas harus mampu ikut bersaing dan terus belajar demi meningkatkan kualitas
mendidiknya.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan
jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktifitas fisik yang
bertujuan mengoptimalkan seluruh fungsi tubuh dan memfokuskan gerak sebagai
media utama untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Sehingga jasmani dan
rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul istilah yang
lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Pendidikan
jasmani merupakan suatu program pendidikan memalui aktifitas fisik yang bertujuan membentuk seorang
individu
memperoleh fisik, mental,
sosial, dan kebugaran jasmani
yang optimal, karena pendidikan jasmani menawarkan gerak sebagai media utama dalam proses
pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani di klasifikasikannya dalam lima aspek,
yaitu (1) perkembangan kesehatan, jasmani atau organ organ tubuh, (2)
perkembangan mental emosional, (3) perkembangan neuromuskuler, (4) perkembangan
sosial, (5) perkembangan intelektual.
Permasalahan
(1) kecenderungan semakin menurunnya tingkat kesegaran jasmani siswa dan
rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani. (2) rendahnya
kualitas pembelajaran pendidikan jasmani mulai sekolah dasar sampai sekolah
lanjutan. (3) model praktik pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh
guru cenderung tradisional, dan berpusat pada guru. (4) Terbatasnya jumlah guru
pendidikan jasmani yang ada di Sekolah Dasar hingga sekolah lanjutan.
Menyamaratakan
mengenai konsep dasar pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari
kalangan Guru SD sampai Guru SMA. Karena pendidikan jasmani tidak semata-mata
mengembangkan keterampilan jasmani, tetapi masih banyak mereka (guru) yang
tidak memahami bahwa pendidikan jasmani juga mengembangkan keterampilan sosial
(social skill), emosional, dan
intelektual. Sebagai upaya meningkatkan mutu dari guru pendidikan jasmani khususnya
di sekolahan dasar seharusnya yang pertama yaitu; (1) posisikan Guru di
sekolahan dasar memang benar benar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya
yaitu sarjana pendidikan jasmani dan kesehatan. Karena pada tingkatan sekolah
dasar pendidikan jasmani merupaka pendidikan yang penting dalam membangun
pondasi karakter siswa khususnya psikomotor ketrampilan gerak dan sikap. (2)
jika keadaanya darurat mengenai jumlah guru dan terpaksa memberikan tanggung
jawab pendidikan jasmani di limpahkan ke Guru kelas, sebaiknya pihak sekolahan
berkordinasi dengan dinas terkait memberikan sebuah penyuluhan atau hal yang
sama untuk meningkatkan kemampuan dan kualifikasi sebagi guru pendidikan
jasmani, karena pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang vital.
Depatemen
Pendidikan, telah mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya memperbaiki
model pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, terutama sekolah dasar. Upaya
tersebut ditempuh antara lain dengan mengintroduksi sebuah pendekatan
pembelajaran yang disebut modifikasi olahraga. Gerakan ini mengarah pada
pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai bagi siswa di
sekolah. Kemudian penyisipan multimedia dalam pembelajarannya, hal tersebut
agar dapat menciptakan suasanya belajar yang menarik dan tidak membosankan.
Kebijakan diambil untuk mengatasi kekurangan
Saran
Berbicara
tentang peran penting pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga disekolah,
maka ada beberapa saran yang dapat di garis bawahi oleh penulis
dalam makalah ini adalah: 1) Pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga
sebaiknya terus dilakukan secara berkesinambungan dari tingkat sekolah dasar
hingga tingkat perguruan tinggi. 2) Kualitas dan kuantitas guru atau tenaga
pendidik dirasa sangat penting untuk memberikan edukasi yang sangat baik
tentang pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Manadji. 1994. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bucher, Charles. 1983. Administration Of Physical Education &
Athlitic Programs. The C V Mosby Company: London.
Bucher,
Charles. 1983. Administration Of Physical
Education & Athlitic Programs. The C V Mosby Company: London.
Buck, Lund, dkk. 2007. Instruction Strategies For Secondary School
Physical Education. The McGraw-Hill Companies: New York.
Hadi, Sofyan. (2013) Survei Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan
Kesehatan Pada Satuan Pendidikan Sd, Smp, Sma Negeri Se-Kecamatan Karangan
Kabupaten Trenggalek. Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
Lumpkin, Angela. 2011. Instruction Physical Education, Exercise
Science, And Sport Studies.The McGraw-Hill Companies: New York
Menteri Pendidikan Nasional. 2003.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Mu’arifin. 2009. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Universitas Negeri
Malang (UM Press). Malang.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Nasional
Sarana dan Prasarana Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA dan
Sederajat,(Online)(http://www.dikmenhum.go.id/dataapp/kurikulu/1./KUMPULAN/PERMEN/08.PERMENDIKNAS/NO/24/THN/2007/TTG/SARANA/Permen/Nomor/24/Tahun/2007/Standar/Sarana/Prasarana_presentasi.pdf,
diakses 21 September 2012)
Pranawati & Tuasikal. 2014. Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada
Mata Pelajaran Penjasorkes Di SMP Sasaran Kota Mojokerto. (jurnal) http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive. Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan
Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya.
Rusli Lutan, (1995)/1996), Hakikat
dan Karakteristik Penjaskes,
Depdikbud.
Pemahaman ini sangat baik disampaikan khususnya untuk pendidik ataupun sebagai mahasiswa yang sedang mencari referensi sebagai acuan untuk melakukan penelitian
ReplyDelete