Monday, January 16, 2017

Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Dan Olahraga



PELAKSANAAN
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA


Mohammad Syamsul Anam

Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan
Matakuliah Dasar Dasar Pendidikan Olahraga
Universitas Negeri Malang


Abstrak:  Pendidikan  Jasmani    merupakan  bagian integral  dari  pendidikan  secara  keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani (fisik). Salah satu masalah utama pendidikan jasmani di Indonesia hingga saat ini adalah belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sebagai akibat dari posisi yang semakin terpinggirkan. Menyamaratakan mengenai konsep dasar pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari kalangan Guru SD sampai Guru SMA.

Kata Kunci: Pelaksanaan, Pendidikan Olahraga, Kondisi saat ini.



PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya yang sada terencana untuk mengembangkan potensi atau membentuk karakter siswa siswi khususnya pada nilai nilai moral. Menurut Suryadi (2010:407) menyatakan bahwa “pendidikan pada hakekatnya memiliki dua fungsi yaitu membantu warga masyarakat agar menjadi cerdas (smart) dan membantu mereka agar menjadi baik dak berkarakter (good). Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan mental, intelektual, emosional, dan sosialnya.
Pendidikan olahraga di Indonesia juga merupakan pendidikan yang dilaksanakan melalui jalur formal dan informal melalui kegiatan intra maupun ektrakurikuler dibimbing oleh guru dan dibantu oleh tenaga keolahragaan serta didukung sarana dan prasarana yang memadai. Pendidikan jasmani sebagai rangkaian isi kurikulum sekolah bukanlah tanpa alasan. Pendidikan jasmani dirancang secara sistematis untuk membekali siswa/peserta didik menjadi manusia yang lengkap dan utuh. Pendidikan tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak. Karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Menurut Lumpkin (2010:4) “Physical education is defined as a process through which an individual obtains optimal phsyical, mental, social, and fitness skills through physical activity”. Maksudnya adalah pendidikan jasmani sebagai proses hingga seorang individu memperoleh fisik yang optimal, mental, sosial, dan kebugaran melalui aktivitas fisik. Sehingga jasmani dan rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Makna penting pendidikan jasmani serta manfaatnya bagi pengembangan kepribadian manusia rasanya tidak perlu dipersoalkan. Justru yang menjadi masalah adalah apakah pendidikan jasmani sebagai faktor penting pembentukan manusia seutuhnya telah ditempatkan secara proporsional ? Apakah pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan jasmani ? Apakah dalam implementasinya telah didukung oleh sumberdaya yang memadai? Apakah pembelajaran yang telah, dilakukan mampu mengembangkan individu secara utuh ?

PEMBAHASAN
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dan merupakan alat pendidikan baik pada proses maupun tujuannya. Salah satunya dikutip Rusli Lutan sebagai berikut “pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional.” Pada hakekatnya; “pendidikan jasmani adalah sebagai proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan” (Rusli Lutan : 7:1995-1996). Menurut Mu’arifin (2009:21) Di sekolahan, matapelajaran yang berkaitan dengan olahraga adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Dikjasorkes). Mata pelajaran itu bedasarkan konsep yang berasal dari kata physical education. Walau yang dididik adalah fisiknya, bukan berarti sebagai education of body, melainkan pendidikan yang mengenai dan meliputi seluruh aspek kepribadian siswa.
Bhucer (1989:13) ”Physical education an integral part of the total education process, is a field of endeavor that has as its aim the improvement of human performance through the medium of physical activities that have been selected with a view to realizing this outcome” maksudnya adalah pendidikan jasmani, merupakan bagian integral dari proses pendidikan total, adalah bidang usaha yang memiliki tujuan peningkatan kinerja manusia melalui media kegiatan fisik yang telah dipilih dengan maksud untuk mewujudkan hasil. Lumpkin (2010:4) “Physical education is defined as a process through which an individual obtains optimal phsyical, mental, social, and fitness skills through physical activity”. Maksudnya adalah pendidikan jasmani sebagai proses hingga seorang individu memperoleh fisik yang optimal, mental, sosial, dan kebugaran melalui aktivitas fisik.
Kesimpulanya adalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktifitas fisik yang bertujuan mengoptimalkan seluruh fungsi tubuh dan memfokuskan gerak sebagai media utama untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Sehingga jasmani dan rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Setelah mengetahui makna dari pendidikan jasmani, selanjutnya tujuan pendidikan jasmani. Menurut Abdullah & Manadji (1994:3) tujuan pendidikan jasmani adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan. Bucher & Charles (1983:57)“The intructional program is physical education is the place to teach skills, strategies, understandings, and essential knowlege concerning the relation of physical activity to physical”. Maksudnya adalah Pendidikan jasmani merupakan program instruksional yaitu tempat untuk melatih kemampuan, strategi, pemahaman, dan esensi pengetahuan yang berfokus pada hubungan kegiatan jasmani terhadap fisik.
Menurut Buck, Lund, Harrison & Cook (2007:15)“Physical education is the study, pactice, and appreciation of the art and science of human movement. it is a part of the total process of education”Maksudnya adalah pendidikan jasmani adalah studi, praktek, dan apresiasi terhadap seni dan ilmu gerakan manusia. itu adalah bagian dari proses total pendidikan.
Kesimpulannya adalah pendidikan jasmani merupakan suatu program pendidikan memalui aktifitas fisik yang bertujuan membentuk seorang individu memperoleh fisik, mental, sosial, dan kebugaran jasmani yang optimal, karena pendidikan jasmani menawarkan gerak sebagai media utama dalam proses pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani di klasifikasikannya dalam lima aspek, yaitu (1) perkembangan kesehatan, jasmani atau organ organ tubuh, (2) perkembangan mental emosional, (3) perkembangan neuromuskuler, (4) perkembangan sosial, (5) perkembangan intelektual (Bucher, 1983:45).
Pendidikan dapat dikatakan berhasil dan sukses apabila semua komponen memenuhi standar. Seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah dalam Sistem Pendidikan Nasional BAB IX tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. 2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pembangunan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. 3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu  pendidikan (permendiknas, no.24 th. 2007).
Guru pendidikan jasmani dan olahraga disini sebagai pendidik yang harus memiliki klasifikasi yang memadai dalam mlaksanakan dan menerapkan pendidikan jasmani di sekolahan agar nantinya mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani dan olahraga. Deskripsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39 yang menyebutkan bahwa: 1) Tenaga kependidikan  bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar, 2) Pendidik  merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan tinggi.

Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Sekarang
Pendidikan jasmani di sekolah di Indonesia masih kurang menggembirakan indikatornya antara lain adanya kecenderungan semakin menurunnya tingkat kesegaran jasmani siswa dan rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani. Munculnya persepsi yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan posisi pendidikan jasmani cukup dilematis sehingga memunculkan permasalahan yang lebih  krusial.
Salah satu masalah utama pendidikan jasmani di Indonesia hingga dewasa ini adalah belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sebagai akibat dari posisi yang semakin terpinggirkan (Cholik Mutohir, 1996a;  1996b). Itu juga didukung dengan hasil penelitian Pranawati & Tuasikal (2014:659) Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Penjasorkes di SMP sasaran Kota Mojokerto sudah dilakukan sesuai kurikulum 2013, meskipun belum sepenuhnya dapat  berjalan dengan baik.
Rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan telah dikemukakan dan terungkap secara kasat mata. Secara umum, kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Terbatasnya jumlah guru pendidikan jasmani yang ada di Sekolah Dasar hingga sekolah lanjutan juga merupakan kendala yang sampai sekarang  belum  bisa teratasi.
Rendahnya mutu dan jumlah guru pendidikan jasmani di sekolah pada gilirannya melahirkan ketidakmampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Mereka belum berhasil melaksanakan misinya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui program pendidikan jasmani yang semestinya dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun  intelektual. Hal ini amat terasa pada guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena mereka pada umumnya adalah guru kelas yang secara formal tidak mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam mengelola pendidikan jasmani.
Berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan, Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) sangat berperan dalam kemajuan suatu negara karena penjasorkes sudah menjadi bagian dari pendidikan secara umum. Kemajuan penjasorkes di sekolah dapat dilihat dari 4 (empat) aspek yang meliputi tentang (1) ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, (2) ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, (3) hasil kerja  kurun 1 tahun lalu, (4) prestasi dan penghargaan 1 tahun terakhir.
Model praktik pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh guru cenderung tradisional, dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif anak sendiri. Di samping itu,  anak sering dianggap sebagai "orang dewasa kecil" yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi dapat diramalkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaran tergolong rendah.
Bedasarkan Hasil Penelitian Hadi (2013) Survei Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan Pada Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA Negeri Se-Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek sebagai berikut: 1) Untuk tingkat sekolah dasar negeri se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat rata-rata nilai 598 sehingga mendapat kategori “C” (cukup). Untuk tingkat sekolah menengah pertama negeri se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai rata-rata 677 sehingga mendapat kategori “B” (baik), 2) Untuk tingkat sekolah menengah atas negeri se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai rata-rata 755 sehingga mendapat kategori “B” (baik), 3) Jadi pada tingkat SD, SMP, SMA negeri se-kecamatan Karangan termasuk dalam kategori baik dan cukup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga di daerah tersebut perlu ditingkatkan agar mencapai tingkatan baik secara menyeluruh.

Solusi Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Berangkat dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan mengenai menyamaratakan konsep dasar pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari kalangan Guru SD sampai Guru SMA. Karena pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan keterampilan jasmani, tetapi masih banyak mereka (guru) yang tidak memahami bahwa pendidikan jasmani juga mengembangkan keterampilan sosial (social skill), emosional, dan intelektual.  Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi kelemahan dan kekurangannya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan keunggulannya. Pemahaman dan penilaian yang demikian sudah barang tentu tidak benar. Bila dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar mengembangkan keterampilan berolahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual, emosional, dan bukan aktivitas olahraga semata. Pendidikan jasmani yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakikatnya adalah proses pendidikan dimana tarjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. 
Sebagai upaya meningkatkan mutu dari guru pendidikan jasmani khususnya di sekolahan dasar seharusnya yang pertama yaitu; (1) posisikan Guru di sekolahan dasar memang benar benar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya yaitu sarjana pendidikan jasmani dan kesehatan. Karena pada tingkatan sekolah dasar pendidikan jasmani merupaka pendidikan yang penting dalam membangun pondasi karakter siswa khususnya psikomotor ketrampilan gerak dan sikap. (2) jika keadaanya darurat mengenai jumlah guru dan terpaksa memberikan tanggung jawab pendidikan jasmani di limpahkan ke Guru kelas, sebaiknya pihak sekolahan berkordinasi dengan dinas terkait memberikan sebuah penyuluhan atau hal yang sama untuk meningkatkan kemampuan dan kualifikasi sebagi guru pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang vital.
Depatemen Pendidikan, telah mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya memperbaiki model pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, terutama sekolah dasar. Upaya tersebut ditempuh antara lain dengan mengintroduksi sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut modifikasi olahraga. Gerakan ini mengarah pada pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai bagi siswa di sekolah. Kemudian penyisipan multimedia dalam pembelajarannya, hal tersebut agar dapat menciptakan suasanya belajar yang menarik dan tidak membosankan. Kebijakan diambil untuk mengatasi kekurangan sarana dan prasarana baik didaerah maju maupun daerah yang tertinggal.
Saran dari penelitian Hadi (2013) adalah sebagai berikut : 1) Tenaga pendidik penjasorkes hendaknya dari guru penjasorkes yang memiliki kualifikasi akademik pendidikan dari pendidikan olahraga, agar dapat memberikan materi penjasorkes pada siswa dengan maksimal. 2) kurangnya beban mengajar guru per minggu harus ditambah, untuk status guru penjasor juga perlu diperhatikan, untuk kegiatan ekstrakurikuler belum ada perhatian lebih. 3) Kurangnya prestasi yang  dicapai dari guru penjas yang menjadi faktor lemahnya SDM dalam peningkatan mutu Penjasor di sekolahan tersebut, oleh sebab itu akses siswa dalam mencapai prestasi di bidang penjasor menjadi kurang maksimal. Jadi guru penjas harus mampu ikut bersaing dan  terus belajar demi meningkatkan kualitas mendidiknya.

PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktifitas fisik yang bertujuan mengoptimalkan seluruh fungsi tubuh dan memfokuskan gerak sebagai media utama untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Sehingga jasmani dan rokhani manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya.
Pendidikan jasmani merupakan suatu program pendidikan memalui aktifitas fisik yang bertujuan membentuk seorang individu memperoleh fisik, mental, sosial, dan kebugaran jasmani yang optimal, karena pendidikan jasmani menawarkan gerak sebagai media utama dalam proses pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani di klasifikasikannya dalam lima aspek, yaitu (1) perkembangan kesehatan, jasmani atau organ organ tubuh, (2) perkembangan mental emosional, (3) perkembangan neuromuskuler, (4) perkembangan sosial, (5) perkembangan intelektual.
Permasalahan (1) kecenderungan semakin menurunnya tingkat kesegaran jasmani siswa dan rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani. (2) rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. (3) model praktik pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh guru cenderung tradisional, dan berpusat pada guru. (4) Terbatasnya jumlah guru pendidikan jasmani yang ada di Sekolah Dasar hingga sekolah lanjutan.
Menyamaratakan mengenai konsep dasar pendidikan jasmani terhadap kegiatan olahraga dari kalangan Guru SD sampai Guru SMA. Karena pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan keterampilan jasmani, tetapi masih banyak mereka (guru) yang tidak memahami bahwa pendidikan jasmani juga mengembangkan keterampilan sosial (social skill), emosional, dan intelektual. Sebagai upaya meningkatkan mutu dari guru pendidikan jasmani khususnya di sekolahan dasar seharusnya yang pertama yaitu; (1) posisikan Guru di sekolahan dasar memang benar benar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya yaitu sarjana pendidikan jasmani dan kesehatan. Karena pada tingkatan sekolah dasar pendidikan jasmani merupaka pendidikan yang penting dalam membangun pondasi karakter siswa khususnya psikomotor ketrampilan gerak dan sikap. (2) jika keadaanya darurat mengenai jumlah guru dan terpaksa memberikan tanggung jawab pendidikan jasmani di limpahkan ke Guru kelas, sebaiknya pihak sekolahan berkordinasi dengan dinas terkait memberikan sebuah penyuluhan atau hal yang sama untuk meningkatkan kemampuan dan kualifikasi sebagi guru pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang vital.
Depatemen Pendidikan, telah mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya memperbaiki model pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, terutama sekolah dasar. Upaya tersebut ditempuh antara lain dengan mengintroduksi sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut modifikasi olahraga. Gerakan ini mengarah pada pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai bagi siswa di sekolah. Kemudian penyisipan multimedia dalam pembelajarannya, hal tersebut agar dapat menciptakan suasanya belajar yang menarik dan tidak membosankan. Kebijakan diambil untuk mengatasi kekurangan

Saran
Berbicara tentang peran penting pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga disekolah, maka ada beberapa saran yang dapat di garis bawahi  oleh penulis dalam makalah ini adalah: 1) Pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga sebaiknya terus dilakukan secara berkesinambungan dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. 2) Kualitas dan kuantitas guru atau tenaga pendidik dirasa sangat penting untuk memberikan edukasi yang sangat baik tentang pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga.
DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Manadji. 1994. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bucher, Charles. 1983. Administration Of Physical Education & Athlitic Programs. The C V Mosby Company: London.
Bucher, Charles. 1983. Administration Of Physical Education & Athlitic Programs. The C V Mosby Company: London.
Buck, Lund, dkk. 2007. Instruction Strategies For Secondary School Physical Education. The McGraw-Hill Companies: New York.
Hadi, Sofyan. (2013) Survei Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan Pada Satuan Pendidikan Sd, Smp, Sma Negeri Se-Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
Lumpkin, Angela. 2011. Instruction Physical Education, Exercise Science, And Sport Studies.The McGraw-Hill Companies: New York
Menteri Pendidikan Nasional. 2003. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang  Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Mu’arifin. 2009. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Universitas Negeri Malang (UM Press). Malang.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Nasional  Sarana dan Prasarana Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA dan Sederajat,(Online)(http://www.dikmenhum.go.id/dataapp/kurikulu/1./KUMPULAN/PERMEN/08.PERMENDIKNAS/NO/24/THN/2007/TTG/SARANA/Permen/Nomor/24/Tahun/2007/Standar/Sarana/Prasarana_presentasi.pdf, diakses 21 September 2012)
Pranawati & Tuasikal. 2014. Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes Di SMP Sasaran Kota Mojokerto. (jurnal) http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive. Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya.
Rusli Lutan, (1995)/1996), Hakikat  dan  Karakteristik Penjaskes, Depdikbud.







1 comment:

  1. Pemahaman ini sangat baik disampaikan khususnya untuk pendidik ataupun sebagai mahasiswa yang sedang mencari referensi sebagai acuan untuk melakukan penelitian

    ReplyDelete